Pemeriksaan lanjutan : Hematologi
Tanggal
pemeriksaan : 9 Desember 2012
HASIL
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Nama
Pemilik : Peternakan Cikarawang
Nama
Hewan : Mbek
|
||
HEMATOLOGI
|
||
|
Normal
|
Hasil
|
Serum
|
|
|
Plasma
|
Jernih
|
Jernih
|
∑ SDP (x 103/µL)
|
4-12
|
21.500
|
∑ SDM (x 106/µL)
|
9-15
|
1.5 juta
|
∑ Retikulosit (%)
|
-
|
-
|
Hematokrit (%)
|
27-45%
|
12 %
|
Hemoglobin (g/dL)
|
9-14
|
4,3
|
LED mm/hour
|
-
|
5
|
Diff. Leukosit
|
|
|
-Seg. Neutrofil
|
700
|
10 %
|
-Band Neutrofil
|
700
|
-
|
-Limfosit
|
2000-9000
|
90 %
|
-Monosit
|
0-750
|
0 %
|
-Eosinofil
|
0-1000
|
0 %
|
-Basofil
|
0-3000
|
0 %
|
KIMIA
DARAH
|
||
Kalsium (mg/dL)
|
9 - 14
|
4,94
|
Fosfor (mg/dL)
|
|
14
|
KARTU PASIEN POLIKLINIK
No.
Rekam Medik : 317-09-12 Sex : Betina
Nama
Hewan : Mbek TTL/Umur : ± 9 tahun
Jenis
Hewan : Kambing Ras : PE
Warna
Bulu : Putih coklat
Tanggal
|
Temuan klinis
|
Diagnosa
|
Penanganan atau Terapi
|
13/11/2012
|
Ambruk,
bunting tua, lahir 2 ekor, 1 mati akibat kembung.
|
Hipokalsemia
|
Ca
boroglukonas, Hemaptopan, Biosalamin
|
15/11/2012
|
T
= 38,8 oC
Ferk.
Jantung: 120x/menit
Frek.Napas:
60x/menit
|
Hipokalsemia
|
Calsidex
20 ml IV
Calsidex
20 ml SC
Hemaptopan
1,5 ml IM
Biosalamin
1,5 IM
|
23/11/2012
|
T:
38,6oC
Masih
ambruk, mukosa pucat
|
Hipokalsemia
|
Calsidex
20 ml IV
Calsidex
20 ml SC
Hemaptopan
1,5 ml IM
Biosalamin
1,5 IM
|
3/12/2012
|
-
|
Paresis
kaki depan
|
Pengobatan
tidak sesuai dengan nilai ekonomis
Saran:
reject pengobatan
|
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik hewan,
gejala klinis yang ditemukan
di lapangan yaitu kambing mengalami penurunan nafsu makan, tampak lesu,
lemas, dan telah ambruk serta tidak mampu untuk berdiri lagi. Kejadian ambruk telah
terjadi selama seminggu sebelum melahirkan dimana pada saat itu merupakan waktu
tubuh untuk mempersiapkan kelahiran dan sintesa air susu dalam ambing. Sintesa
air susu membutuhkan kalsium dan fosfor dalam jumlah yang banyak untuk
pembentukan kolostrum. Pemakaian mineral tersebut dalam jumlah besar dapat
menyebabkan turunnya kadar kalsium dan fosfor dalam darah. Kondisi ini juga
didukung dengan pemberian pakan yang kurang tepat yaitu hanya diberikan pakan
berupa hijauan tanpa konsentrat. Dalam tubuh kalsium berperan sebagai
neurotransmiter. Oleh karena itu, rendahnya kadar kalsium akan berdampak pada
transmisi impuls saraf sehingga kambing tidak dapat menggerakkan ektremitas.
Pemeriksaan
terhadap abdomen dan organ pencernaan secara inspeksi terlihat abdomen sisi
kiri lebih besar dibandingkan sisi kiri sehingga berbentuk asimetris. Saat palpasi
rumen terasa keras,hal ini dimungkinkan adanya akumulasi gas yang disebabkan
posisi kambing yang terus berbaring pada tubuh sisi kanan.
Dari gejala
klinis yang terlihat maka diagnosa sementara.dari kasus ini adalah
hipokalsemia. Namun terdapat beberapa penyakit yang memiliki gejala klinis
hampir sama diantaranya hipomagnesemia, septicemia, dan pregnancy toxemia.
Pemeriksaan hematologi dllakukan untuk menunjang diagnosa. Dari hasil tersebut
didapatkan kadar kalsium dan fosfor jauh dibawah normal, yaitu masing – masing
sebesar 4.94 mg/dL dan 14 mg/dL. Hasil pemeriksaaan tersebut menegakkan
diagnosa sementara, sehingga didapatkan diagnosa akhir yaitu hipokalsemia.
Penanganan hipokalsemia ini harus segera mungkin dilakukan.
Menurut, Hardjopranjoto (1995), pengobatan pada kasus paresis purpuralis (hipokalsemia) ini ditujukan untuk mengembalikan kadar kalsium yang normal
dalam darah. Pengobatan hipokalsemia pada Peternakan
Kambing Perah di Cikarawang dilakukan dengan pemberian Calsidex (Ca-glukonat +
dextrose, asam borak) 30 ml secara IV dan 20 ml secara SC serta Hembio 3 ml
(Hematopan B12 1,5 ml + Biosalamine 1,5 ml) IM. Calsidex (Ca-glukonat +
dextrose dan asam borak) digunakan untuk menggantikan Ca yang hilang dalam
tubuh. Kandungan dextrosenya untuk memberikan energi kepada hewan agar dapat
melakukan metabolisme tubuhnya. Sementara itu, pemberian Hembio dilakukan
dengan tujuan untuk meningkatkan nafsu makan serta sebagai imunomodulator.
Pencegahan terhadap kejadian hipokalsemia dapat
dilakukan dengan pemberian ransum yang mengandung kalsium rendah disertai
phosphor yang tinggi selama dua minggu akhir kebuntingan sehingga sistem
mobilisasi calcium dirangsang untuk pengeluaran yang cukup ke dalam ambing
(Philipson et al. 1980). Ransum dengan perbandingan Ca dan P
sebesar 1 : 3 yaitu 7 gram Ca dan 21
gram P merupakan dosis pakan yang aman sehingga tidak menimbulkan kasus
hipokalsemia.
Pencegahan
terhadap hipokalsemia juga dapat dilakukana dengan menerapkan metode Dietary Cation-Anion Difference (DCAD), yaitu dengan
menurunkan pH darah sapi selama periode akhir prepartum dan awal post partum.
Metode ini lebih efektif dan lebih praktis daripada menurunkan kalsium
prepartum dengan diet. DCAD meningkatkan penyediaan dengan melebihkan anion
diatas kation pada diet dengan mengatur komponen diet, menambah garam anionik
pada ransum atau keduanya. Penambahan kelebihan anion pada diet dipercaya dapat
meningkatkan resorbsi kalsium dari traktus gastro intestinal.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonimus. 2009. Hypocalcemia pada Sapi. [terhubung
berkala]. Http:// Your Smille My Life
HYPOCALCEMIA.html. (8 Desember 2012)
Harjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran Pada Ternak. Airlangga
University Press. Surabaya.
Hungeford
TG. 1967. Disease of Livestock. Eight
Edition. Mc Graw-Hill Book Company Sydney.pp: 258-262.
Jain
NC. 1993. Essensial Of Veterinary
Hematology. Willey-Black Well.
Payne
JM. 1989. Metabolic Disease in Farm
Animals. Wiliam Heinemann. Medical Book Ltd.London.
Philipson
AT, Hall LW, Pritchard WR. 1980. Scientific
Foundation of Veterinary Medicine. Wiliam Heinemann Medical Book Limited.
London.
Reece, William O. 2008. Phisiology of Domestic Animals. Comstock Publishing Associates a
division of Cornell University Press: Ithaca and London
Tidak ada komentar:
Posting Komentar