Selasa, 21 Mei 2013

LAPORAN KASUS HIPOKALSEMIA KAMBING

  Pemeriksaan lanjutan : Hematologi

Tanggal pemeriksaan : 9 Desember 2012
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Nama Pemilik : Peternakan Cikarawang
Nama Hewan : Mbek
HEMATOLOGI

Normal
Hasil
Serum


Plasma
Jernih
Jernih
∑ SDP (x 103/µL)
4-12
21.500
∑ SDM (x 106/µL)
9-15
1.5 juta
∑ Retikulosit (%)
-
-
Hematokrit (%)
27-45%
12 %
Hemoglobin (g/dL)
9-14
4,3
LED mm/hour
-
5
Diff. Leukosit


-Seg. Neutrofil
700
10 %
-Band Neutrofil
700
-
-Limfosit
2000-9000
90 %
-Monosit
0-750
0 %
-Eosinofil
0-1000
0 %
-Basofil
0-3000
0 %
KIMIA DARAH
Kalsium (mg/dL)
9 - 14
4,94
Fosfor (mg/dL)

14







KARTU PASIEN POLIKLINIK

No. Rekam Medik       : 317-09-12                  Sex                  : Betina
Nama Hewan               : Mbek                         TTL/Umur        : ± 9 tahun
Jenis Hewan                : Kambing                      Ras                  : PE    
Warna Bulu                 : Putih coklat
                                                             
 
Tanggal
Temuan klinis
Diagnosa
Penanganan atau Terapi
13/11/2012
Ambruk, bunting tua, lahir 2 ekor, 1 mati akibat kembung.

Hipokalsemia
Ca boroglukonas, Hemaptopan, Biosalamin
15/11/2012
T = 38,8 oC
Ferk. Jantung: 120x/menit
Frek.Napas: 60x/menit
Hipokalsemia
Calsidex 20 ml IV
Calsidex 20 ml SC
Hemaptopan 1,5 ml IM
Biosalamin 1,5 IM
23/11/2012
T: 38,6oC
Masih ambruk, mukosa pucat
Hipokalsemia
Calsidex 20 ml IV
Calsidex 20 ml SC
Hemaptopan 1,5 ml IM
Biosalamin 1,5 IM
3/12/2012
-
Paresis kaki depan
Pengobatan tidak sesuai dengan nilai ekonomis
Saran: reject pengobatan

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik hewan, gejala klinis yang ditemukan di lapangan yaitu kambing mengalami penurunan nafsu makan, tampak lesu, lemas, dan telah ambruk serta tidak mampu untuk berdiri lagi. Kejadian ambruk telah terjadi selama seminggu sebelum melahirkan dimana pada saat itu merupakan waktu tubuh untuk mempersiapkan kelahiran dan sintesa air susu dalam ambing. Sintesa air susu membutuhkan kalsium dan fosfor dalam jumlah yang banyak untuk pembentukan kolostrum. Pemakaian mineral tersebut dalam jumlah besar dapat menyebabkan turunnya kadar kalsium dan fosfor dalam darah. Kondisi ini juga didukung dengan pemberian pakan yang kurang tepat yaitu hanya diberikan pakan berupa hijauan tanpa konsentrat. Dalam tubuh kalsium berperan sebagai neurotransmiter. Oleh karena itu, rendahnya kadar kalsium akan berdampak pada transmisi impuls saraf sehingga kambing tidak dapat menggerakkan ektremitas.
Pemeriksaan terhadap abdomen dan organ pencernaan secara inspeksi terlihat abdomen sisi kiri lebih besar dibandingkan sisi kiri sehingga berbentuk asimetris. Saat palpasi rumen terasa keras,hal ini dimungkinkan adanya akumulasi gas yang disebabkan posisi kambing yang terus berbaring pada tubuh sisi kanan.
Dari gejala klinis yang terlihat maka diagnosa sementara.dari kasus ini adalah hipokalsemia. Namun terdapat beberapa penyakit yang memiliki gejala klinis hampir sama diantaranya hipomagnesemia, septicemia, dan pregnancy toxemia. Pemeriksaan hematologi dllakukan untuk menunjang diagnosa. Dari hasil tersebut didapatkan kadar kalsium dan fosfor jauh dibawah normal, yaitu masing – masing sebesar 4.94 mg/dL dan 14 mg/dL. Hasil pemeriksaaan tersebut menegakkan diagnosa sementara, sehingga didapatkan diagnosa akhir yaitu hipokalsemia.
Penanganan hipokalsemia ini harus segera mungkin dilakukan. Menurut,  Hardjopranjoto (1995), pengobatan pada kasus paresis purpuralis (hipokalsemia) ini ditujukan untuk mengembalikan kadar kalsium yang normal dalam darah.  Pengobatan hipokalsemia pada Peternakan Kambing Perah di Cikarawang dilakukan dengan pemberian Calsidex (Ca-glukonat + dextrose, asam borak) 30 ml secara IV dan 20 ml secara SC serta Hembio 3 ml (Hematopan B12 1,5 ml + Biosalamine 1,5 ml) IM. Calsidex (Ca-glukonat + dextrose dan asam borak) digunakan untuk menggantikan Ca yang hilang dalam tubuh. Kandungan dextrosenya untuk memberikan energi kepada hewan agar dapat melakukan metabolisme tubuhnya. Sementara itu, pemberian Hembio dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan nafsu makan serta  sebagai imunomodulator.
Pencegahan terhadap kejadian hipokalsemia dapat dilakukan dengan pemberian ransum yang mengandung kalsium rendah disertai phosphor yang tinggi selama dua minggu akhir kebuntingan sehingga sistem mobilisasi calcium dirangsang untuk pengeluaran yang cukup ke dalam ambing (Philipson et al. 1980).  Ransum dengan perbandingan Ca dan P sebesar  1 : 3 yaitu 7 gram Ca dan 21 gram P merupakan dosis pakan yang aman sehingga tidak menimbulkan kasus hipokalsemia.
Pencegahan terhadap hipokalsemia juga dapat dilakukana dengan menerapkan metode Dietary Cation-Anion Difference (DCAD), yaitu dengan menurunkan pH darah sapi selama periode akhir prepartum dan awal post partum. Metode ini lebih efektif dan lebih praktis daripada menurunkan kalsium prepartum dengan diet. DCAD meningkatkan penyediaan dengan melebihkan anion diatas kation pada diet dengan mengatur komponen diet, menambah garam anionik pada ransum atau keduanya. Penambahan kelebihan anion pada diet dipercaya dapat meningkatkan resorbsi kalsium dari traktus gastro intestinal.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2009. Hypocalcemia pada Sapi. [terhubung berkala]. Http:// Your Smille My Life  HYPOCALCEMIA.html. (8 Desember 2012)
Harjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran Pada Ternak. Airlangga University Press. Surabaya.
Hungeford TG. 1967. Disease of Livestock. Eight Edition. Mc Graw-Hill Book Company Sydney.pp: 258-262.
Jain NC. 1993. Essensial Of Veterinary Hematology. Willey-Black Well.
Payne JM. 1989. Metabolic Disease in Farm Animals. Wiliam Heinemann. Medical Book Ltd.London.
Philipson AT, Hall LW, Pritchard WR. 1980. Scientific Foundation of Veterinary Medicine. Wiliam Heinemann Medical Book Limited. London.
Reece, William O. 2008. Phisiology of Domestic Animals. Comstock Publishing Associates a division of Cornell University Press: Ithaca and London



Tidak ada komentar:

Posting Komentar