Selasa, 21 Mei 2013

AMPUTASI OS HUMERUS SINISTRA PADA KUCING



PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Amputasi merupakan suatu tindakan bedah yang dilakukan untuk memisahkan sebagian atau seluruh bagian tubuh/ekstremitas (Fossum et. al 2002). Amputasi berasal dari kata ”amputere” yang mempunyai arti kata pancung. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir ketika terjadi masalah pada suatu bagian tubuh yang sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain.
            Ada beberapa alasan yang menyebabkan amputasi perlu dilakukan. Penyebab yang paling umum adalah karena sirkulasi yang buruk dimana terjadi kerusakan pada pembuluh darah (arteri) yang dikenal peripheral arterial disease sehingga tidak ada aliran darah yang menyuplai suatu jaringan akibatnya jaringan tersebut akan mati (Chatterjee 2012). Penyebab lainnya antara lain karena luka yang parah (karena kecelakaan), tumor/kanker, kelainan bentuk karena congenital atau dapatan yang tidak bisa diperbaiki lagi, serta infeksi serius dimana tidak terjadi persembuhan dengan treatmen lain (Gardiner & Harari 2012).
            Hewan yang dioperasi pada kasus ini memiliki suatu kelainan pada os carpal sinistra. Kondisi demikian menyebabkan terjadinya deformitas atau perubahan bentuk pada os carpal-metacarpal sehingga mengakibatkan gangguan dalam berjalan (pincang tumpu). Diperkirakan deformitas pada os carpal ini sudah terjadi sejak lama sehingga telah terbentuk calus dan tidak terdapat rasa sakit pada bagian yang mengalami deformitas. Kondisi demikian sudah tidak dapat diperbaiki lagi dan dikhawatirkan justru akan semakin parah karena terjadi perlukaan akibat gesekan yang terjadi. Oleh karena itu, operasi amputasi limb sinistra pada kucing ini perlu dilakukan untuk mencegah kemungkinan semakin parahnya kondisi pada kaki kucing.


Tujuan
Tujuan dari operasi amputasi pada kaki kiri kucing ini adalah untuk memperbaiki kondisi pasien (kucing) serta diharapkan dapat menjadi media pembelajaran dan melatih calon dokter hewan dalam mendiagnosa penyakit, menentukan terapi yang tepat, dan melaksanakan prosedur operasi yang benar sehingga bermanfaat bagi pasien.

MATERIAL DAN METODE

A.  Alat dan Bahan Praktikum
            Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah satu set peralatan bedah minor (4 towel clamp, 1 gagang skalpel, 1 blade, 2 gunting tumpul lurus, 1 gunting tumpul bengkok, 1 pinset anatomis, 1 pinset sirorgis, 4 tang arteri anatomis lurus, 1 tang arteri anatomis bengkok, 1 buah tang arteri sirurgis lurus, 1 tang arteri sirorgis bengkok, 1 needle holder), 2 set perlengkapan bedah untuk operator dan asisten operator (penutup kepala, masker, sikat, baju bedah, sarung tangan), jarum bulat dan segitiga nomor 11-13, benang catgut chromic 3/0 dan silk braided 3/0, lap, tampon, alat pencukur rambut, silet, kain penutup/duk, stetoskop, termometer, perban, plester, spoit, sumbu kompor, iv cateter, selang infus, meja operasi, dan lampu operasi.
            Bahan-bahan yang digunakan adalah atropin sulfas 0,25 mg/mL, ketamin 100 mg/mL, xylazin 20 mg/mL, lidocain 2%, efinefrin, iodium tingtur 3%, alkohol 70%, larutan NaCl fisiologis, penisilin cair, oksitetrasiklin 50 mg/mL, amoxicillin sirup 25 mg/mL, salep mata, dan perubalsem.

B. Metode kerja
Pre operasi
1. Persiapan peralatan operasi
            Peralatan operasi yang digunakan harus disterilisasi terlebih dahulu. Satu set peralatan bedah minor dipersiapkan, yaitu 4 towel clamp, 1 gagang skalpel, 1 blade, 2 gunting tumpul lurus, 1 gunting tumpul bengkok, 1 pinset anatomis, 1 pinset sirurgis, 4 tang arteri anatomis lurus, 1 tang arteri anatomis bengkok, buah tang arteri sirurgis lurus, 1 tang arteri sirurgis bengkok, 1 needle holder.
            Peralatan-peralatan tersebut dicuci bersih terlebih dahulu dan dikeringkan.  Lalu ditata dalam wadah mulai dari towel clamp, skalpel, pinset anatomis, pinset sirurgis, gunting, tang arteri anatomis, tang arteri sirurgis, dan needle holder. Kemudian wadah tersebut dibungkus dengan 2 lapis kain. Pertama, kain lapis ke 1 dibentangkan dan wadah diposisikan di tengah kain dengan posisi sejajar. Sisi kain terdekat dengan tubuh dilipat hingga menutupi wadah dan ujung lainnya yang berseberangan dilipat mendekati tubuh kemudian sisi kanan dilipat dan dilanjutkan dengan sisi kiri. Kain lapis ke 2 dibentangkan dan wadah yang terbungkus kain pertama diletakkan di tengah kain kedua dengan posisi diagonal. Ujung kain yang dekat dengan tubuh dilipat hingga menutupi wadah, sisi kanan dilipat dan dilanjutkan dengan sisi kiri. Ujung yang jauh dari tubuh dilipat mendekati tubuh dan diselipkan di penutup wadah. Peralatan yang terbungkus rapi kemudian dimasukkan ke dalam oven sterilisasi.  Disterilisasi dengan suhu 121oC selama 30 menit.
Pembukaan bungkusan yang sudah steril harus dilakukan dengan aseptis dan benar. Bungkusan terluar dibuka di belakang meja operasi, lalu kemasan diletakkan di meja. Lipatan ditarik ke arah tubuh pembuka, kemudian dilanjutkan dengan menarik ujung-ujung lipatan lainnya. Bungkusan diserahkan kepada tim steril dan diletakkan di meja steril/meja alat. Pembukaan oleh tim steril juga dengan menarik lipatan ke arah tubuh, diikuti ujung lainnya dan diletakkan di atas meja steril (Fossum et al. 2002).




  
2. Persiapan obat-obatan
·                     Desinfektan : alkohol 70%, Iodium tincture 3%
·                     Premedikasi : Atropin sulfat (0,025 mg/kg BB sc)
·                     Sedativa : Xylazin (2 mg/kg BB im)
·                     Anaesthetikum : Ketamin (10 mg/kg BB im)
·                     Efinefrin
·                     Antibiotika : penisilin, oksitetrasiklin, amoxicillin

3. Persiapan perlengkapan operator dan asisten
            Perlengkapan yang disiapkan yaitu tutup kepala, masker, sikat tangan (2 buah per orang), handuk kecil, baju operasi, dan sarung tangan. Perlengkapan tersebut disterilisasi dengan cara yang benar. Baju operasi dilipat hingga bagian yang bersinggungan dengan pasien berada didalam. Duk dilipat hingga bagian yang bersinggungan langsung dengan permukaan duk dilipat ke dalam. Perlengkapan tersebut dibungkus dengan 2 lapis kain seperti membungkus peralatan, dengan urutan dari bawah: sarung tangan (dibungkus kertas/plastik), baju operasi, handuk, 2 sikat bersih, masker, dan tutup kepala. Kemudian dimasukkan ke oven dengan suhu 100oC selama 1 jam.
      Perlengkapan yang telah steril kemudian dibuka dengan cara yang sama dengan membuka peralatan. Pertama-tama operator menggunakan tutup kepala, rambut tidak boleh menjuntai karena merupakan sumber kontaminan. Kemudian masker dipakai. Operator lalu mencuci tangan dengan cara kedua tangan dibasahi, lalu disikat dan dicuci dengan sabun. Pencucian dilakukan dari ujung jari sampai ke bagian siku selama kurang lebih 5 menit, karena waktu tersebut merupakan lama waktu kontak yang efektif antara sabun dan kulit untuk membunuh mikroba yang menempel dipermukaan kulit (Jacqueline et al. 2005). Tangan kemudian dibilas dengan air mengalir sebanyak 10-15 kali. Pembilasan dimulai dari ujung jari sampai siku, keran lalu ditutup dengan menggunakan siku. Tangan operator lalu dikeringkan dengan handuk. Masing-masing sisi handuk untuk satu sisi tangan. Operator memakai baju operasi, tangan operator dimasukkan dalam baju yang masih terlipat, kemudian dengan dibantu asisten 1, baju operasi dikancingkan lalu operator memakai sarung tangan dengan tidak boleh menyentuh bagian yang berhubungan langsung dengan pasien agar tidak terjadi kontaminasi (Fossum et al. 2002).

4. Tim bedah
·                     Operator          :  pelaksana operasi
·                     Asisten 1         :  bekerja langsung membantu operator
·                     Asisten 2         : persiapan hewan, monitoring pembiusan (detak jantung, frekuensi nafas, dan suhu tubuh), maintenance pembiusan, dan menjaga kebersihan di sekitar meja operasi.
·                     Asisten 3         : menyiapkan obat-obatan dan dokumentasi

5. Persiapan hewan
            Sebelum operasi dimulai, hewan yang akan di operasi wajib untuk dilakukan pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan suhu, frekuensi nafas, frekuensi nadi, dan denyut jantung. Penimbangan berat badan juga dilakukan untuk mengetahui kondisi gizi dan untuk menghitung jumlah obat bius yang dibutuhkan. Keadaan umum seperti temperamen, sikap tegak hewan, kondisi rambut, kulit, mukosa, dan limfonodus juga diperiksa untuk melengkapi data. Fossum et al. (2002) menyatakan bahwa hewan yang akan dioperasi harus dipuasakan terlebih dahulu 10-12 jam sebelum operasi agar efek samping akibat obat bius dapat diminimalisir.
            Pembiusan hewan diawali dengan pre-medikasi yaitu atropin sulfat sebanyak 0,3 mL (sc). Selanjutnya setelah 15 menit diberikan sedativa xylazin sebanyak 0,3 mL (im) dan dilanjutkan dengan anaesthesi umum ketamin sebanyak 0,3 mL (im). Kemudian dilakukan pencukuran rambut pada bagian yang akan dioperasi yaitu di sekitar scapula dan os humerus. Daerah tersebut harus bersih dari kotoran dan rambut. Hewan yang telah siap kemudian dibawa ke meja operasi. Hewan lalu dibaringkan dengan posisi ventrodorsal dengan ketiga kaki selain kaki depan kiri lalu diikat ke meja operasi dengan sumbu kompor (simpul tomful). Lalu daerah yang akan dioperasi terlebih dahulu didisinfeksi dengan alkohol 70% dan Iodium tincture 3%.
Data pre-operasi
·      Pre medikasi (atropin)                    : pukul 10.15
·      Induksi bius (ketamin & xylazin)   : pukul 10.20
·      Onset bius                                      : pukul 10.35

Operasi
            Untuk memulai amputasi pada kaki kiri kucing, dimulai dengan melakukan sayatan pada kulit yakni mulai dari ⅓ proximal os humerus kemudian disayat mengelilingi os humerus sampai ke bagian medial.
            Setelah menyayat kulit, dilanjutkan dengan menyayat sepanjang tepi cranial spina scapula untuk memotong m.omotransversarius dan bagian cervical dari m. trapezius. Lalu m.rhomboideus dicari untuk dipotong dari perlekatannya pada batas dorsal scapula. Setelah m. rhomboideus dipotong, lalu dilakukan retraksi ke arah lateral sehingga permukaan medial terlihat. Selanjutkan a. axilaris dan v. axilary di preparer menggunakan towel clamp/jahitan, selain itu plexus brachialis juga dipreparir dan dipotong. Kemudian dicari perlekatan dari m. latissimus dorsi di daeral humerul lalu dipisahkan dari insersionya. Kemudian m.brachicephalicus dan m. pectoralis dipotong dari perlekatannya lalu tarik forelimb. Selanjutnya pada daerah yang dipotong diberikan antibotik (penisilin) sebelum kemudian dijahit. Penjahitan pertama dilakukan pada otot dengan jahitan sederhana menggunakan jarum bulat dan benang catgut chrome ukuran 3/0. Kemudian jahitan tersebut ditetesi penisilin. Selanjutnya dilakukan penjahitan kulit dengan jarum segitiga dan benang silk 3/0. Setelah kulit dijahit, diberikan antibiotik tabur kemudian jahitan ditutup dengan perban. Selama operasi, dilakukan monitoring terhadap kondisi pasien setiap 15 menit yang meliputi monitoring suhu, frekuensi nafas, frekuensi jantung, dan mukosa (Fossum et al. 2002). Ketika kondisi hewan sudah mulai sadar, maka hewan harus diberikan maintanance obat bius kembali dengan dosis yang dikurangi, yakni menjadi setengah dosis dari jumlah dosis awal.
Data operasi
·      Waktu mulai           : pukul 10.30
·      Waktu berakhir       : pukul 14.05
·      Durasi operasi         : 2 jam 35 menit
·      Maintenance bius   : 2 kali, masing-masing setengah dosis awal

Post Operasi
            Selama post operasi dilakukan monitoring terhadap kondisi fisiologis hewan yang meliputi suhu tubuh, frekuensi nafas, frekuensi jantung, nafsu makan dan minum, defekasi, dan urinasi selama 5 hari. Pemberian antibiotik dilakukan secara peroral sehari 2 kali dengan dosis yang sudah ditentukan. Kondisi jahitan diperiksa dua hari sekali sekaligus dilakukan penggantian perban. Hal ini untuk memastikan kondisi jahitan sudah mengering atau belum.
Perhitungan Dosis
            Perhitungan jumlah sediaan yang digunakan terhadap bobot badan dihitung dengan rumus :
Jumlah penggunaan sediaan (mL) = Bobot badan x Dosis
                                                               Konsentrasi sediaan
Dosis maintenance (mL) = ½ x jumlah penggunaan sediaan

Dosis sediaan :
1.                  Atropin            : 0,025 mg/kg BB        (sc)
2.                  Xylazin            : 2 mg/kg BB               (im)
3.                  Ketamin          : 10 mg/kg BB             (im)
4.                  Amoxicillin     : 15 mg/kg BB             (po)
5.                  Oksitetrasiklin : 10 mg/kg BB             (im)
Bobot badan kucing : 3 kg
Perhitungan:
Atropin          
Konsentrasi sediaan yang digunakan = 0,25 mg/mL
Jumlah penggunaan     = 0,025 x 3 = 0,3 mL (sc)
                                           0,25
Xylazin
Konsentrasi sediaan yang digunakan = 20 mg/mL
Jumlah penggunaan     = 2 x 3   = 0,3 mL (im)
                                         20
Ketamin         
Konsentrasi sediaan yang digunakan = 100 mg/mL
Jumlah penggunaan     = 10 x 3  = 0,3 mL (im)
                                         100
Amoxicillin
Konsentrasi sediaan yang digunakan = 125 mg/5 mL = 25 mg/mL
Jumlah penggunaan     = 15 x 3  = 1.8  mL (po, 2 x sehari selama 5 hari)
                                            25
Oksitetrasiklin
Konsentrasi sediaan yang digunakan = 50 mg/mL
Jumlah penggunaan     = 10 x 3  = 0,6 mL (im)
                                            50
HASIL
A. Pemeriksaan Fisik Hewan
1. Anamnesis : Kucing ditemukan dijalan dengan kondisi pincang tumpu pada kaki kiri depan. Setelah diamati ternyata terdapat luka akibat gesekan pada kaki yang pincang tersebut. Tidak ada gangguan pada nafsu makan dan minum, serta defekasi dan urinasi normal.

2. Signalement hewan
Nama                                  : Alice in wonderland
Jenis hewan/spesies            : Kucing
Ras/Breed                           : Lokal
Warna rambut                     : Abu-Orange
Jenis kelamin                      : Betina
Umur                                  : ± 1 tahun
Berat Badan                       : 3 kg
Tanda khusus                      : -

B.  Pemeriksaan Darah
            Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan hewan dan kelayakan untuk dilakukan operasi amputasi terutama karena diperkirakan operasi amputasi ini akan menyebabkan terjadinya banyak pendarahan. Sehingga diharapkan dengan gambaran darah yang baik, maka segala kemungkinan buruk yang terjadi selama dan setelah operasi dapat diminimalisir. Hasil pemeriksaan hematologi pre-operasi dapat dilihat pada Tabel 1.
            Tabel 1 Hasil pemeriksaan darah kucing yang akan dioperasi
Jenis Pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan
Nilai Normal*
Interpretasi
Hemoglobin (g/dL)
13,14
8-15
Normal
Hematokrit/PCV (%)
32,50
24-45
Normal
S SDM (´ 106/µL)
10,36
5-10
Normal
S SDP (´ 103/µL)
18,75
5,5-19,5
Normal
Diferensial Leukosit



·           Netrofil (´ 103/µL)
48
25-30
Tinggi
·           Limfosit (´ 103/µL)
36
60-65
Normal
·           Monosit (´ 103/µL)
2
5
Normal
·           Eosinofil (´ 103/µL)
14
2-5
Tinggi
·           Basofil (´ 103/µL)
0
0-3
Normal
* Bush (1991)

C.  Pemeriksaan Radiografi
            Pemeriksaan radiografi dilakukan sebelum operasi untuk mengetahui kondisi pertulangan pada kaki kiri depan dan meneguhkan diagnosa yang didapat saat pemeriksaan fisik. Pengambilan gambar dilakukan secara right lateral recumbency  sehingga gambaran fraktur pada os carpal-metacarpal dapat jelas terlihat.



D.  Kondisi Fisiologis Hewan Selama Operasi
Tabel 2 Monitoring frekuensi jantung, nafas, dan suhu selama operasi
Menit ke
0’
15’
30’
45’
60’
75’
90’
105’
120’
Nafas
44
36
44
56
48
40
48
36
52
Jantung
148
144
136
136
120
124
128
104
104
Suhu
38,8
38,6
37,6
36,7
35,7
35,6
35,4
34,4
34,4
E.  Kondisi Fisiologis Hewan Post Operasi
Tabel 3 Pengamatan fisiologis kucing post-operasi
Parameter
Hari post-operasi ke-
1
     2
3 

4



Frekuensi jantung (kali/menit)
Pagi
Malam
Pagi
Malam
Pagi
Malam
Pagi
Malam



148
148
156
152
136
140
140
148

Frekuensi nafas (kali/menit)
40
44
48
64
40
48
40
44

Suhu tubuh (oC)
38,7
37,6
36,5
37,5
37,2
37,8
37,5
37,8

Nafsu Makan
(+++/++/+/-)
++
++
++
++
++
++
++
++

Minum (+++/++/+/-)
+
+
+
+
+
+
+
++


























PEMBAHASAN
            Berdasarkan anamneses yang diperoleh dari pemiliknya, kucing betina ini berusia sekitar 1 tahun dan sejak ditemukan telah mengalami pincang pada kaki depan kiri. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, ditemukan adanya deformitas pada os carpal-metacarpal yang mengakibatkan kedua tulang tersebut terlipat dan tidak berfungsi normal. Kucing hanya bertumpu pada tiga kaki, sedangkan kaki yang mengalami deformitas tersebut menjadi lebih pendek dan menggantung. Kondisi kaki depan kiri tersebut secara fisik tidak mengalami masalah hanya terlipat saja. Namun setelah diamati ternyata mulai muncul perubahan yakni muncul perlukaan pada bagian yang menggantikan fungsi pad, sehingga menjadi tergesek dan dikhawatirkan lama-kelamaan luka tersebut akan menjadi abses. Diduga deformitas ini telah terjadi lama karena kucing tidak merasakan sakit lagi ketika bagian yang pincang tersebut dipalpasi. Sebagai diagnosa penunjang, dilakukan pengambilan radiografi pada bagian yang mengalami deformitas tersebut. Setelah diamati hasil x-ray ternyata memang benar adanya deformitas karena fraktur pada os carpal-metacarpal yang sudah terjadi lama, karena telah terbentuk callus dan kucing tidak lagi merasakan sakit ketika bagian yang mengalami deformitas tersebut di reposisi ataupun di palpasi.
            Sebelum operasi, dilakukan pemeriksaan hematologi lengkap untuk menunjang diagnosa dan kelayakan hewan operasi. Berdasarkan hasil pemeriksaan, kucing ini mengalami neutrofilia dan eosinofilia yang cukup tinggi. Hewan diduga mengalami infeksi endoparasit, karena tidak ditemukan adanya ektoparasit. Namun hal ini tidak terlalu berhubungan dengan kondisi pertulangan pada kaki depan kiri yang akan diamputasi dan juga parameter lainnya relatif normal sehingga hewan dianggap layak dioperasi.
            Menjelang operasi, hewan telah dipuasakan selama 12 jam untuk mencegah muntah saat pembiusan maupun operasi. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik kembali yang meliputi pemeriksaan suhu, frekuensi nafas, frekuensi jantung, mukosa dan capillary refill time untuk memastikan kondisi terakhir hewan dalam keadaan sehat sebelum operasi. Selanjutnya dilakukan prosedur anasthesi, pencukuran rambut, dan pembersihan daerah scapula-humerus seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Premedikasi dengan atropin bertujuan untuk mencegah muntah saat anasthesi dan operasi, serta untuk mempertahankan tingkat metabolisme dan mengurangi efek samping anastetikum seperti kardiak ventrikular aritmia dan hipersalivasi. Hal ini karena atropin mempunyai efek anti-kholinergik atau parasimpatolitik yang dapat menghambat efek asetilkolin pada syaraf post-ganglionik kholinergik dan otot polos (Plumb 2005).
            Injeksi ketamin dan xylazin dilakukan 5 menit kemudian setelah efek atropin bekerja. Kombinasi ini sering digunakan dalam terapi bedah pada hewan karena memiliki banyak keuntungan antara lain ekonomis, aplikasinya mudah, induksi dan pemulihannya cepat, mempunyai pengaruh relaksasi otot yang baik, serta jarang menimbulkan komplikasi klinis. Ketamin bersifat simpatomimetik yang bekerja menghambat saraf parasimpatis pada sistim saraf pusat dengan neurotransmiter noradrenalin sehingga akan menimbulkan dilatasi pupil, dilatasi bronkhiolus dan vasokonstriksi pembuluh darah. Pemberian ketamin dapat menyebabkan halusinasi, hipersalivasi, hipertensi dan tidak adanya relaksasi otot, namun efek tersebut dapat diatasi dengan pemberian premedikasi atropin. Xylazin merupakan obat parasimpatomimetik yang bekerja menghambat saraf simpatis dengan reseptor muskarinik dan dapat menimbulkan efek sedatif hipnotik (Ganiswarna 1995).
            Amputasi yang dilakukan pada kasus ini ialah pemotongan pada persendian os humerus-scapula. Amputasi ini pada akhirnya membuang secara keseluruhan kaki depan kiri yang meliputi os humerus, os radius ulna, os carpal, dan os metacarpal. Hal ini dilakukan dengan beberapa pertimbangan. Alasan yang paling utama ialah dilihat dari segi kesehatan. Apabila os carpal-metacarpal yang mengalami deformasi tersebut dibiarkan tetap ada (terlipat) maka lama-kelamaan akan timbul luka karena pergesekan dengan lantai/tanah dan dalam jangka panjang luka tersebut akan semakin parah dan menimbulkan abses. Selain itu, dari segi estetika kaki yang mengalami deformitas tidak elok untuk dilihat. Alasan lainnya adalah kondisi kaki yang menggantung akan menyulitkan tubuh dalam bergerak, melompat, dan menyeimbangkan diri. Sementara itu, untuk memperbaiki dan mengembalikan kondisi deformitas tersebut sudah sangat sulit dilakukan karena kondisi tersebut sudah terlalu lama terjadi sehingga terbentuk callus. Dengan berbagai pertimbangan itulah diperoleh keputusan melakukan amputasi.
            Alasan mengapa amputasi dilakukan pada persendian os humerus-scapula dan bukan pada os carpal-metacarpal yang mengalami deformasi ialah karena apabila dilakukan pada persendian carpal-metacarpal maupun radius-humerus maka dikhawatirkan persembuhan luka jahitan post operasi akan sulit sembuh karena reflex berjalan kucing masih ada dan luka jahitan tersebut akan terseret-seret saat berjalan bahkan dijadikan tumpuan ketika duduk atau melompat. Kondisi demikianlah yang dikhawatirkan dapat menyulitkan persembuhan luka post operasi. Dan lebih bahaya lagi apabila luka hasil jahitan menjadi terbuka kembali dan mengalami infeksi yang justru akan memperburuk kondisi hewan.
            Beberapa kendala yang dihadapi ketika melakukan amputasi adalah adanya pendarahan karena di sekitar scapula-humerus ada pembuluh darah besar sehingga sangat riskan untuk terpotong. Namun hal ini bisa diatasi dengan dilakukan ligasi pada pembuluh darah disekitar sayatan sehingga ketika dipotong tidak menyebabkan pendarahan. Proses operasi harus dilakukan secara aseptis mengingat banyaknya  perlukaan terbuka yang ditimbulkan karena pemotongan otot-otot di sekitar persendian scapula yang memungkinkan untuk terjadinya infeksi dari agen penyakit disekitar.
            Pada post-operasi, diberikan oksitetrasiklin untuk menunjang kesembuhan. Kucing mulai sadar pada menit ke-15 post operasi dan sadar sepenuhnya setelah ±3 jam post-operasi dan langsung menunjukkan nafsu makan yang baik. Setiap hari dilakukan pemantauan terhadap frekuensi jantung dan nafas, suhu tubuh, nafsu makan, dan minum yang menunjukkan kondisi yang baik. Untuk defekasi dan urinasi kurang begitu lancar pada hari pertama sampai hari ketiga post operasi walaupun nafsu makannya baik. Namun pada hari keempat, defekasi dan urinasi sudah mulai lancar. Selain itu setiap hari diberikan amoxicillin untuk mencegah infeksi sekunder dan mempercepat persembuhan.

PENUTUP
Tindakan operasi yang dilakukan untuk menangani kasus deformitas os carpal-metacarpal kiri adalah melalui amputasi pada persendian antara os humerus-scapula. Hal ini dilakukan karena deformitas yang terjadi sudah sejak lama ditandai dengan adanya callus sehingga sangat sulit untuk disembuhkan / reposisi.

DAFTAR PUSTAKA
Bush BM.  1991.  Interpretation of laboratory Result for Small Animal Clinicians.  London: Blackwell Sicentific Publications.

Chatterjee R. 2012. Amputation Overview. http://www.webmd.com/a-to-z-guides/definition-amputation [8 Januari 2013]

Fossum TW et al.  2002.  Small animal surgery.  Edisi ke-2.  USA: Mosby.
Ganiswarna SG.  1995.  Farmakologi dan Terapi.  Ed ke-4.  Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Gardiner A, Harari J. 2012. Amputation: thoracic limb. http://www.vetstream.com/felis/Content/Technique/teq00661.asp [8 Januari 2013]

Jacqueline R, Davidson, Daniel DJ.  2005.  Surgical and medical nursing.  Di dalam : McCurnin DM and Bassert JM, editor.  Clinical Textbook for Veterinary Technicians.  Edisi Ke-6.  USA: Elsevier Saunders.
Plumb DC.  2005.  Veterinary Drugs Handbooks. Ed ke-5. USA: Blackwell Publishing.

LAMPIRAN

Kondisi Alice pre-operasi
Kondisi Alice pre-operasi

Xray Alice pre-operasi

Kondisi saat operasi

Kondisi Alice post-operasi (sstt..alice hamil ^^)
Kondisi Alice post-operasi (sstt..alice hamil lhoo^^)
Ohyaaa...alice udah melahirkan lhoooo..anaknya 3, lucu-lucu bangett deh.... tapi sekarang udah kembali pada pemiliknya...dan gw yakin dia pasti hidup bahagia bersama pemiliknyaa... :)
miss u Alice...






1 komentar: