Senin, 18 November 2013

Perenungan di tengah malam :)

Tengah malam iseng2 buka dunia maya, eh ketemu cerita oke dan menggugah pemikiran...
hmm,,seringkali manusia suka kurang tepat menterjemahkan segala sesuatu secara harafiah,,,mungkin renungan ini bisa sedikit membuka pikiran kita sehingga bisa anti mainstream hehe....

ini ceritanya:

Pada acara World Economic Forum di Davos, pemenang Hadiah Nobel untuk Perdamaian, Shimon Peres, menceritakan kisah berikut ini:
Seorang Rabi mengumpulkan murid-muridnya dan berkata kepada mereka:

“Bagaimana kita tahu, kapan persisnya malam hari berakhir dan terang hari dimulai?”

“Kalau sudah cukup terang untuk membedakan domba dari anjing,” sahut salah seorang murid.

Murid lainnya berkata, “Tidak, kalau sudah cukup terang untuk membedakan pohon zaitun dari pohon kurma.”

“Tidak, itu juga bukan definisi yang bagus.”

“Nah, kalau begitu, apa jawaban yang benar?” tanya murid-murid tersebut.

Dan Rabi itu berkata,

“Kalau seorang asing menghampirimu dan kau menganggap dia saudaramu, dan semua perselisihan lenyap, saat itulah malam berakhir dan terang hari dimulai.” 
(Paulo Coelho dalam "Seperti Sungai yang Mengalir". Penerbit: Gramedia Pustaka Utama)


nahh,,kalo ceritaa satu ini,,bener2 menohok banget buat gw..
seringkali nih kita sbg manusia biasa suka banget sama yg namanya mengeluh dan terus mengeluh..padahal sebenernya apapun yg terjadi pada kita -baik atau buruk- merupakan suatu proses yang Tuhan rencanakan,,
intinya memang sebagai manusia kita harus selalu bersyukur pada setiap keadaan yang sedang dilalui..karena memang rencana Tuhan selalu indah pada waktunya.. :)
hmmm..yah kira2 beginilah ceritanya.....

Sepasang suami-istri sedang bepergian ke suatu tempat lalu berbelanja di toko yang indah. Mereka berdua menyukai barang-barang antik, apalagi tembikar terutama cangkir teh. Kebetulan sekali hari itu adalah ulang tahun pernikahan mereka yang ke dua puluh lima.
Di sebuah toko mereka melihat cangkir yang indah. Mereka saling berkata, “Belum pernah kita melihat cangkir yang begitu indah.”
Seorang pelayan wanita menyerahkan cangkir itu kepada mereka. Tiba-tiba cangkir teh itu ‘hidup’ dan berbicara, “Kau tidak mengerti.” “Aku tidak selalu cangkir teh. Ada suatu masa ketika aku masih merah dan liat. Tuanku membawaku, menggulingkanku, dan menepuk berulang-ulang sampai aku berteriak ‘Biarkan aku sendiri’. Tapi tuanku hanya tersenyum, ‘belum’ jawabnya.”
“Kemudian aku ditempatkan pada roda berputar,” kata cangkir itu lagi. “Dan tiba-tiba aku berputar-putar berkeliling. Stop! Aku mulai pusing! Jeritku. Tapi tuanku hanya menganggung dan berkata ‘belum’.”
“Lalu ia menempatkanku dalam oven. Aku tidak pernah merasa panas seperti itu!” jerit cangkir teh itu. “Aku bertanya-tanya mengapa ia ingin membakarku, aku berteriak, dan mengetuk pintu oven. Aku bisa melihat tuanku melalui lubang di pintu oven dan aku bisa membaca bibirnya. Ia menggelengkan kepalanya ‘belum’.”
“Akhirnya pintu oven terbuka, ia menempatkanku di rak, dan aku pun mulai dingin.” Ah, itu lebih baik,” kataku. Tapi tiba-tiba tuanku menyikat dan mengecat seluruh tubuhku. Asapnya benar-benar mengerikan. Aku pikir aku akan muntah, “Hentikan, hentikan!” Aku menangis. Tapi aku melihat tuanku hanya mengangguk, ‘belum’ katanya lagi.
“Lalu tiba-tiba ia menaruhku kembali ke dalam oven, tidak seperti yang pertama. Ini rasanya dua kali lebih panas dan aku bisa mati lemas. Aku memohon padanya. Aku benar-benar memohon. Aku menjerit. Aku menangis. Sepanjang waktu aku bisa melihatnya melalui jendela oven, ia mengangguk dan berkata ‘belum’.”
“Aku tahu aku tidak punya harapan lagi. Aku tidak akan pernah berhasil memohon padanya. Aku hampir saja menyerah ketika pintu oven terbuka dan tuanku membawaku keluar. Ia menempatkanku di rak. Satu jam kemudian tuanku menyerahkan cermin dan berkata, ‘Lihatlah dirimu’. Aku bingung, lalu bilang pada tuanku ‘Itu bukan aku….Tidak… Yang ini sungguh indah dan cantik’.”
“Aku ingin kau ingat, kalau begitu,” kata tuanku, “Saya tahu ini menyakitkan saat diguling-guling dan ditepuk, tetapi jika saya meninggalkanmu sendirian, kau akan mengering. Saya tahu kau akan pusing diputar-putar, tetapi jika saya berhenti, kau akan hancur.

Saya tahu itu sakit dan panas dan tidak menyenangkan di dalam oven, tetapi jika dibiarkan, kau akan retak. Saya tahu tidak menyenangkan terkena asap cat, tapi jika saya tidak melakukannya, Kau tidak akan pernah mengeras. Kau tidak akan memiliki warna apapun dalam hidup. Dan jika saya tidak memasukkanmu ke dalam oven lagi, kau tidak akan bertahan lama. Nah, inilah Kau. Kau kini lebih cantik dan indah daripada sebelum saya perlakukan demikian.”
Semoga kita semua melihat diri kita dalam ciptaan Tuhan yang kreatif, seperti halnya cangkir teh tadi.


nite all...
^.^

Akhirnyaaaaa.........

Dear all,
Hai..apa kabar smuanya?
Hihiihi gilaaa,,almost 5 month gw ga nulis di blog ini hehe..maklum gegara kesibukan sebagai mahasiswa koas jadinya ga sempet deh ngenet2..
Haha tapii bo’ong :P
Karena ga ada sinyal sih lebih tepatnya hehehe…
Terakhir kemarin bisa ngenet saat di koas keunggasan,,itu jg krn wifi gratisan dari tempat magang hehehe…selebihnya di tempat2 lain miskin sinyal bro!
Hmmm..secara kan daerahnya tuh di pelosok2,, :D
Sebenernya gak juga sih..soalnya ada juga bagian koas di kota Depok dan daerah Ragunan gitu,,cumann sekali lagi sperti yg gw bilang, anak koas itu sibuk! Hahahaha sibuk sama hal2 yg gak jelas jg sebenernya hahahaha..

Well, sumpah beneran deh, ga berasa banget….gw udh ngeberesin smua bagian koas gw..mulai dari puteran awal di kampus, sampe puteran 2 di lab-lab, serta puteran 3 di berbagai daerah nun jauh dimato,,,yg gw yakin ga bakalan samsek pernah lo lo bayangin…
Hihhii..penasaran?wkwkwkw
Tunggu kisah selanjutnya yaa hehehe.,,

Sekarang saatnya bobo, soalnya besok mau ketemu dosen..wkwkw etcieh dosen..haha yoi bro ga mau kalah ama anak yg masih kuliahan,,,anak koas juga masih ngejar2 dosen nih haha belom kelar soalnya diskusi2 laporan+ujian...
Weleh2..yaweslah yaa,,,.disambung next time,.hihhi
Good nite :*