PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Zoonosis
didefinisikan sebagai penyakit menular yang ditularkan kepada manusia secara
alamiah dari hewan domestik atau hewan liar dan sebaliknya. Cleaveland et al.
(2001) mengidentifikasi adanya 1.415 spesies organisme penyakit yang diketahui
bersifat patogen bagi manusia, meliputi 217 virus dan prion, 538 bakteri dan
rickettsia, 307 fungi, 66 protozoa, dan 287 parasit cacing. Dari jumlah ini,
872 (61,6%) spesies patogen bersumber dari hewan. Kemudian dari jumlah
tersebut, 616 (70,6%) spesies patogen berasal dari ternak dan diantaranya 476
(77,3%) dapat menyerang multispesies ke manusia.
Salah
satu agen penyebab penyakit zoonotik yang patut diwaspadai karena telah menjadi
masalah bagi kesehatan masyarakat didunia disebabkan oleh parasit protozoa
yaitu Leishmania. Leishmaniasis menjadi masalah bagi kesehatan masyarakat
karena sangat sulit untuk di kontrol dan sering menyebabkan outbreaks (Camargo dan Langoni 2006). Leishmania
dapat menular kepada manusia melalui vektor sehingga dikenal dengan vector-borne disease. Penyakit parasitik
ini disebabkan oleh lebih dari 30 spesies Leishmania yang sebagian besar
bersifat zoonotik. Pada tahun 2002, World Health Organization (WHO)
memperkirakan terdapat sekitar 350 juta orang didunia yang beresiko tinggi terhadap
Leishmaniasis dan terdapat sekitar dua juta kasus baru terjadi setiap tahunnya
(Banuls 2007).
Pada umumnya penularan Leishmaniasis sebagai zoonosis
diperoleh melalui gigitan dari serangga phlebotomi yang dikenal dengan istilah phlebotomine sand
flies. Leishmania merupakan protozoa yang bersifat obligat
intra makrofag dan endemik pada wilayah tropis, subtropis sampai ke mediterania
zoonotik (Chappuis et al. 2007)
dan telah tersebar di 61 negara di seluruh dunia (Wang et al. 2011). Pada manusia, kasus Leishmaniasis
memiliki bentuk yang berbeda-beda. Leishmania spp. dapat menyebabkan ulcer
dan nodul pada kulit penderita, selain itu juga membentuk mucus pada membran
kulit dan juga lesio pada hidung. Pada beberapa spesies lain bahkan dapat
menyebabkan kerusakan organ internal. Diantara semua hewan domestik, anjing
merupakan spesies paling penting berkaitan dengan epidemiologi dari penyakit
Leishmaniasis. Anjing merupakan host reservoir dari L. infantum, salah satu
spesies penting yang menyebabkan Leishmaniasis pada manusia.
Tujuan
Makalah
ini bertujuan untuk menjelaskan salah satu penyakit zoonotik penting pada
manusia yang disebabkan oleh protozoa yaitu Leishmaniasis sehingga dapat
diketahui bagaimana dampak penyakit ini serta bagaimana upaya untuk mengendalikannya.
TINJAUAN
PUSTAKA
Etiologi
Leishmaniasis disebabkan oleh infeksi dari
berbagai spesies Leishmania, parasit protozoa dari family Trypanosomatidae ordo
Kinetoplastida. Sampai saat ini sudah 30 spesies yang menjadi bagian dari
Leishmania yang sudah teridentifikasi, dan 20 spesies diantaranya bersifat
patogen bagi mamalia. Genus Leishmania terdiri dari dua subgenera, yaitu
Leishmania dan Viannia, yang dibedakan berdasarkan tempat berkembang biak di
saluran pencernaan dari vektor serangga. Penyebaran paresis Leishmania
disebabkan oleh gigitan serangga yang terinfeksi. Gejala klinis yang muncul akibat Leishmaniasis
sangat beragam dari gejala ringan pada bagian kulit dan juga gejala yang fatal
pada kasus visceral (Dostálová dan Volf 2012).
Human
visceral leishmaniasis disebabkan oleh Leishmania
donovani dan L. infantum/ L. chagasi. L. donovani merupakan anthroponotik yang dapat menular
diantara manusia, yang bertindak sebagai host reservoir sedangkan L. infantum memiliki sifat zoonotik. Sebagian besar
spesies Leishmania menyebabkan cutaneous leishmaniasis pada manusia.
Beberapa strains dari L. infantum dapat
menyebabkan cutaneous leishmaniasis tanpa merusak organ internal. L. infantum merupakan
spesies dari Leishmania yang banyak dilaporkan terjadi pada hewan domestik
serta dapat menyerang spesies lain. Sebagaimana
vector borne disease lainnya, Leishmaniases sangat erat kaitannya
dengn perubahan global serta dinamika dari vektor, reservoir, dan kondisi
populasi manusia itu sendiri (González et al. 2010). Lebih lanjut, kondisi
ekologi dan distribusi dari phlebotomine
sand flies ini terpengaruh langsung oleh variasi iklim dan kondisi
lingkungan sekitar (Peterson dan Shaw 2003).
Gambar
1 Leishmania spp.
Distribusi
Geografis
Leishmania dilaporkan telah tersebar
disemua benua kecuali Antartika. Pada dasarnya parasit ini endemis ditemukan
pada daerah tropis dan subtropics
seperti benua Afrika, sebagian dari Asia, Asia Tengah, Amerika Latin, dan
daerah mediteranian. Di wilayah Eropa, Leishmaniasis muncul dan menyebar dengan
gejala sederhana.
Transmisi
Leishmania spp ditransmisikan secara tidak langsung melalui host
yatu sanflies dari genus Phlebotomus dan Litzomyia yang bertindak sebagai vektor biologi. Setiap spesies
dari Leishmania dapat beradaptasi dengan berbagai tipe dari sandflies. Aktivitas sandflies terjadi saat cuaca cerah tanpa
angin dan hujan. Serangga ini aktif pada malam hari tapi tetap dapat menggigit
pada siang hari apabila serangga ini berada pada tempat-tempat gelap dan
tersembunyi. Transmisi secara transovarial dari Leishmania belum dilaporkan.
Selain serangga tipe sandflies, caplak
((Dermacentor
variabilis dan Rhipicephalus sanguineus) dan kutu anjing juga dapat
bertindak sebagai vektor mekanik.
Mamalia dapat terinfeksi tanpa menunjukkan gejala
klinis, meskipun demikian dalam kondisi subklinis hewan yang terinfeksi dapat
menularkan Leishmania melalui
serangga sandflies. Parasit ini juga
dapat ditularkan melalui transmisi darah pada manusia dan anjing. Pada anjing
yang terserang Leishmaniasis, parasit ini juga dapat ditemukan pada saliva,
urin, semen, dan sekresi konjungtiva.
Gambar 2 Siklus
hidup Leishmania spp. (Chappuis et al. 2007)
PEMBAHASAN
Infeksi
pada Manusia
Masa inkubasi
Manusia bisa terinfeksi oleh beberapa
jenis Leishmania dalam tubuhnya untuk waktu yang lama, tanpa menimbulkan gejala
klinis. Pada manusia, masa inkubasi yang dilaporkan untuk leishmaniasis tipe
cutaneous dapat terjaadi dalam 1-2 minggu atau selama beberapa bulan bahkan
sampai tiga tahun. Masa inkubasi leishmaniasis tipe visceral adalah 10 hari
sampai beberapa tahun. Namun kebanyakan gejala klinis dari Leishmaniasis akan
tanpa jelas dalam dua sampai enam bulan.
Gejala klinis
Leishmania memiliki banyak tipe gejala
klinis, Chappuis et al. (2007)
menyatakan terdapat empat gejala klinis utama yang
dapat muncul yaitu cutaneous leishmaniasis; muco-cutaneous leishmaniasis
(dikenal sebagai espundia); visceral leishmaniasis (VL dikenal sebagai
kala-azar), dan post-kala-azardermal leishmaniasis (PKDL). Namun pada umumnya
dikenal dua bentuk leishmaniasis, yaitu cutaneous
leishmaniasis yang menyerang bagian kulit dan visceral
leishmaniasis (VL) yang menyerang bagian visceral
pada manusia. Bentuk penyakit dan tanda-tanda klinis yang biasa bervariasi
dengan spesies Leishmania. Beberapa infeksi tetap asimtomatik.
Cutaneous Leishmaniasis atau Leishmaniasis kulit
Leishmaniasis kulit sering melibatkan
hanya bagian kulit saja, dan dapat terlihat adanya satu sampai puluhan lesi.
Tergantung pada jenis Leishmania yang menginfeksi. Selain itu dapat pula
ditemukan adanya ulcer, nodul halus, plak datar atau hiperkeratosis lesi
seperti kutil. Lesi awal yang terjadi pada kulit yang terkena sandflies,
biasanya muncul papula dan banyak terdapat lesi local. Dalam beberapa kasus,
parasit dapat menyebar melalui sistem limfatik dan menghasilkan lesi sekunder
pada kulit, atau kadang-kadang mukosa bagian lain dari tubuh. Limfadenopati
regional kadang-kadang terjadi. Leishmaniasis kulit biasanya tidak menimbulkan
rasa sakit kecuali lesi mengalami infeksi sekunder, dan kecuali dalam telinga,
ulkus cenderung tetap terbatas pada kulit dan tidak mempengaruhi jaringan
subkutan. Kebanyakan lesi kulit sembuh spontan. Namun, kecepatan penyembuhan
bervariasi tergantung oleh spesies Leishmania yang menginfeksi. Dalam beberapa
kasus, mungkin diperlukan beberapa bulan sampai satu tahun atau lebih. Beberapa
bentuk meninggalkan bekas luka permanen. Individu yang terinfeksi HIV dapat
memiliki kasus yang luar biasa parah, dan penyakit ini lebih sulit disembuhkan.
Pengobatan steroid atau bentuk lain dari imunosupresi juga dapat menyebabkan
penyakit yang luar biasa parah (Suankratay et al. 2010).
Pada kasus leishmaniasis di kulit, nodul
seringkali menyebabkan munculnya ulcer yang mereka tersebar luas pada kulit.
Parasit ini dapat menyebabkan kerusakan jaringan dalam, dan dapat bertahan
dalam waktu lama. Bentuk diffuse dapat tersembuhkan dalam beberapa kasus.
Recidivans leishmaniasis (leishmaniasis
lupoid), bentuk yang jarang lain, ditandai dengan perkembangan lesi baru
sekitar tepi lesi kulit sembuh. Hal ini paling sering disebabkan oleh L. tropica atau L. braziliensis, dan tidak akan sembuh tanpa pengobatan. Leishmaniasis
mukokutan (espundia) biasanya terjadi di Amerika Latin, yang disebabkan oleh L.
braziliensis braziliensis dan dalam kasus lebih jarang disebabkan oleh L.
panamensis/L. guyanensis. Kejadian leishmaniasis di Asia Tenggara khususnya di
Indonesia belum dilaporkan, namun Leishmaniasis cutaneus pernah dilaporkan
terjadi di Thailand pada tahun 1996 (Kattipathanapong 2012).
Leishmaniasis mukokutan cenderung terjadi
1 sampai 5 tahun setelah leishmaniasis kulit yang disebabkan oleh organisme ini
telah sembuh, tetapi juga dapat dilihat saat lesi kulit masih ada. Tanda-tanda
awal ialah terjadi eritema dan ulserasi pada nares, diikuti oleh peradangan
destruktif yang dapat menyebar ke melibatkan septum hidung, dan dalam beberapa
kasus, faring atau laring. Mimisan sering dapat menjadi tanda awal. Peradangan
dapat merusak sekat hidung, menyebabkan cacat parah wajah, atau memblokir
faring atau laring. Dalam beberapa kasus, alat kelamin juga mungkin terlibat.
Leishmaniasis mukokutan tidak dapat sembuh secara spontan.
Gambar 3. Leishmaniasis tipe cutaneous (dari berbagai sumber)
Visceral
leishmaniasis
Leishmaniasis visceral biasanya merupakan
tipe yang lebih berbahaya dan seringkali terjadi dalam bentuk kronis di
kalangan penduduk daerah endemis. Dalam beberapa kasus (terutama di Afrika),
granuloma utama muncul pada kulit sebelum tanda-tanda sistemik. Gejala yang
paling umum dari leishmaniasis visceral adalah demam undulant berkepanjangan,
penurunan berat badan, nafsu makan menurun, tanda-tanda anemia, dan distensi
abdomen dengan splenomegali dan hepatomegali. Infeksi parasite ini dapat
menyebabkan kondisi trombositopenia yang dapat terjadinya menyebabkan
perdarahan, termasuk petechiae atau perdarahan pada selaput lendir, dan
leukopenia dapat mengakibatkan peningkatan kerentanan terhadap infeksi lain.
Gejala lain mungkin termasuk batuk, diare kronis, penggelapan kulit,
limfadenopati, dan dalam banyak kasus, muncul tanda-tanda penyakit ginjal
kronis. Kasus ringan dengan hanya beberapa gejala dapat sembuh secara spontan.
Sebagian besar kasus akhirnya berakibat fatal karena sering terjadi infeksi
sekunder dan komplikasi lainnya. Penyakit atau atipikal kasus fulminan juga
dapat terjadi, terutama pada pasien koinfeksi dengan HIV. Penderita yang sembuh
karena pengobatan akan terus membawa parasit, dan penyakit bisa kambuh jika
mereka dalam kondisi imunosupresi. Demikian pula, orang yang terinfeksi dapat
membawa parasite dalam tubuhnya tanpa gejala klinis.
Post-kala azar dermal leishmaniasis (PKDL)
terjadi setelah pemulihan dalam beberapa kasus leishmaniasis visceral yang
disebabkan oleh L. donovani. Sindrom ini ditandai dengan makulopapular, makula
atau nodular di sekitar mulut, yang menyebar. Di Afrika, PKLD umum terjadi,
biasanya terjadi dalam waktu 6 bulan leishmaniasis visceral, dan biasanya
menghilang dalam waktu satu tahun tanpa pengobatan. Di Asia Selatan, sindrom
ini relatif jarang, terjadi beberapa tahun setelah leishmaniasis visceral telah
sembuh, dan diperlukan berkepanjangan pengobatan. Kejadian leishmaniasis di
Asia Tenggara khususnya di Indonesia belum dilaporkan, namun Leishmaniasis
visceral pernah dilaporkan terjadi di Thailand pada tahun 1996 (Suankratay 2010).
Gambar 4
Leishmaniasis tipe visceral (berbagai sumber)
Infeksi pada hewan
Spesies
yang rentan
Anjing adalah hewan yang paling
sering terkena, penyebab yang paling umum adalah L.infantum, meskipun spesies yang lain juga ditemukan. Kasus juga
kadang-kadang ditemukan di kucing, kuda, keledai, dan bagal. Dampak
Leishmaniasis pada ternak tidak
sehebat pada kuda, kasus
cutaneus leishmaniasis pernah diisolasi di domba, kambing, dan sapi di Afrika.
Leishmania pada babi pernah dilaporkan di Amerika Selatan. Antibodi terhadap
Leishmania pernah dilaporkan pada keledai, sapi, dan kambing di Afrika dan babi
di Brasil. Pada sapi dan babi yang diinfeksi, tidak dilaporkan adanya gejala
klinis. Kasus
Leishmaniasis pernah dilaporkan secara sporadis di satwa liar seperti non-human
primates, bush dogs (Speothos venaticus), hoary zorros (Lycalopex
vetulus), gray wolves (Canis lupus) and maned wolves (Chrysocyon
brachyurus). Some experimentally infected crab-eating foxes (Cerdocyon
thous) and red foxes (Vulpes vulpes). Di Australia,Leishmania spp. juga dilaporkan menyebabkan
lesio cutaneous di captive kangaroos, wallaroos and wallabies (Macropus
spp.).
Setiap spesies Leishmania mempunyai satu atau lebih reservoar
primer, walaupun mampu menginfeksi spesies lainnya. Jenis canidae adalah reservoar L.infantum
dan anjing adalah spesies yang mampu mempertahankan siklus hidupnya, serts
ditemukan juga di satwa liar dari famili Canidae seperti cats, equids, wild
agouti (Dasyprocta agouti), white-eared opossums (Didelphis
albiventris), Egyptian mongooses (Herpestes ichneumon),
genets (Geneta geneta), Iberian lynxes (Lynx pardinus),
rodensia dan kelelawar (Carollia
perspicillata).
Periode inkubasi
Biasanya asimptomatis, periode inkubasi L.infantum pada anjing antara 3 bulan sampai 7 tahun. Pada beberapa
anjing, gejala klinis yang parah terjadi sesaat setelah terinfeksi. Akan tetapi
anjing lain tetap tidak menunjukkan gejala klinis sepanjang hidupnya, dan baru
memunculkan gejala klinis dalam keadaan immunosupresi.
Gejala klinis
Anjing
Tipe visceral dan cutaneus dapat terjadi secara bersamaan pada
anjing, berbeda dibandingkan dengan manusia. Gejala klinis bervariasi dan mirip
gejala penyakit lain. Infeksi yang asimptomatis juga dapat muncul. Gejala visceral yang
biasanya muncul adalah lethargy, penurunan berat badan, penurunan nafsu makan, anemia, splenomegali, dan limpadenopanthy. Demam yang
intermitent dapat muncul. Gejala pendarahan seperti epistaksis, hematuria dan
melena juga kadang kadala ditemukan. Gangguan ginjal kronis umum ditemukan pada
anjing yang terinfeksi L.infantum. Beberapa hewan memiliki ocular, skin ataupun mucosal lesions, sneezing,
diare kronis, muntah, chronic relapsing colitis,
chronic hepatitis, osteolytic dan osteoproliferative bone lesions, meningitis, gangguan autoimun, dan gangguan kardiovascular dari pericarditis,
thromboembolism, danvasculitis.
Lesio pada kulit umum ditemukan pada anjing yang terinfeksi tipe
visceral, tapi dapat juga terjadi secara terpisah. Bentuk umum lesio cutaneus
adalah non-pruritic exfoliative dermatitis pada mata, wajah, telinga dan kaki.
Terdapat juga alopecia sekitar mata. Pada beberapa kasus, ditemukan lesio yang
menyebar ke seluruh permukaan tubuh. Tipe cutaneus dicirikan dengan nodul,
ulkus, dan kerak (scrab) pada anjing. Infeksi sekunder bakteri umum terjadi.
Pada anjing dengan lesio cutaneus, kukunya panjang abnormal dan rapuh.
Kucing
Kejadian leishmaniasis tidak umum ditemukan pada kucing. Tipe
leishmaniasis yang dilaporkan pada kucing adalah yang tipe cutaneus. Gejala
klinis yang muncul adlaah nodul yang terlokalisir, papula, kulit berkerak
(crust), dan ulkus pada hidung, telinga, kuping, kelopak mata dan bibir. Mukosa
hidung juga dapat terkena dan terjadi perbesaran limfonodus.
Pada kucing sehat yang diinfeksi dengan L. mexicana, lesio kulit akan muncul
kembali 2 tahun setelah terapi bedah dan resisten terhadap terapi.
Pada hewan, leishmaniasis dapat didiagnosa
melalui pengamatan langsung pada parasite menggunakan Giemsa, Wright’s,
Leishman’s atau pewarna lain. Leishmania amastigotes biasanya berbentuk
oval, dengan basophilic nucleus dan rod-like
kinetoplast ukuran kecil. Biasanya ditemukan dalam makrofag atau pada
sel-sel rupture. Pada anjing, amastigotes dapat ditemukan pada limfonodus,
limpa, aspirasi sumsum tulang, atau kerokan kulit. Selain itu diagnosa juga
dapat menggunakan polymerase chain
reaction (PCR) yang dapat
mendeteksi Leishmanis spp. pada
darah, biopsi kulit, limfonodus, sumsum tulang, dan swab konjungtiva.
Morbiditas
dan mortalitas
Leishmaniasis adalah penyakit musiman di
daerah beriklim sedang. Infeksi diperoleh dalam bulan-bulan dengan suhu hangat
ketika sandflies aktif, dan jumlah
kasus berfluktuasi dengan perubahan populasi mereka. Kira-kira 1-1,5 juta kasus
leishmaniasis kulit dan 500.000 kasus leishmaniasis visceral diperkirakan
terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya. Namun mungkin lebih banyak lagi yang
tidak dilaporkan, karena banyak kasus yang tidak terdiagnosis.
Bentuk anthroponotic dari leishmaniasis
visceral, yang disebabkan oleh L. donovani, dapat mempengaruhi semua usia.
Orang sehat tidak terlalu rentan terhadap L.
infantum, yang menyebabkan bentuk zoonosis penyakit ini. Infeksi tanpa gejala
umum terjadi, dan penyakit ini cenderung terjadi terutama pada anak-anak, atau
orang-orang yang kekurangan gizi atau imunosupresi. Kasus Angka kematian
penyakit tidak diobati adalah 75-95%. Parasit mungkin bertahan setelah
kesembuhan klinis, dan gejala dapat muncul kembali jika individu menjadi
imunosupresi. Bahkan dengan perawatan yang baik, sekitar setengah dari pasien
yang terinfeksi HIV kambuh antara 1 bulan dan 3 tahun kemudian.
Pengobatan
Leishmaniasis bentuk kulit dan visceral
biasanya dapat disembuhkan pada individu dengan imunitas yang baik. Antimonials pentavalent dapat digunakan untuk
mengobati kasus ini. Obat lain seperti allupurinol, amfoterisin B atau
liposomal amfoterisin B, dan miltefosine juga dapat digunakan. Sebagian besar
obat yang digunakan untuk mengobati leishmaniasis harus diberikan secara
parenteral. Leishmaniasis visceral pada pasien AIDS sering resisten terhadap
pengobatan, dan banyak pasien kambuh.
Leishmaniasis kulit harus diobati dengan
segera untuk mempercepat penyembuhan, mengurangi jaringan parut dan mengurangi
risiko penyakit mukosa atau kambuh. Intralesi, topikal atau obat sistemik dapat
digunakan untuk pengobatan, tergantung pada jenis Leishmania dan risiko
komplikasi yang lebih serius. Cryotherapy, thermotherapy, atau kuretase juga
telah digunakan dalam beberapa kasus. Beberapa lesi leishmaniasis kulit mungkin
hanya dapat diamati, jika mereka disebabkan oleh organisme yang relatif jinak.
Leishmaniasis mukosa adalah kondisi serius dan diobati dengan obat sistemik.
Pencegahan
Langkah-langkah pencegahan dilakukan terhadap
sandflies termasuk menggunakan
penolak serangga dan usahakan untuk tinggal di lantai yang lebih tinggi.
Penggunaan kipas angin juga dapat membantu mengurangi kemampuan terbang
serangga ini, serta dapat pula menggunakan semprotan insektisida untuk membunuh
serangga di dalam rumah. Penggunaan kelambu dengan insektisida dapat mengurangi
risiko gigitan dari serangga ini di malam hari. Kelambu saja tanpa perlakuan
apa-apa umumnya tidak berguna: sandflies
sangat kecil dan dapat melewati mesh yang paling kecil, sedangkan kelambu
dengan mesh yang sangat sempit mungkin terlalu panas di iklim hangat.
Insektisida seprai, tirai jendela dan cat slow release juga telah digunakan.
Penyemprotan insektisida program telah dilakukan di beberapa negara.
Pengobatan pasien manusia dapat membantu
di daerah di mana transmisi anthroponotic penting. Penurunan kejadian L. infantum pada anjing dapat membantu
melindungi orang dari organisme ini. Beberapa penelitian telah menunjukkan
bahwa collar yang mengandung insektisida dapat mengurangi kasus pada anjing dan
anak-anak di daerah di mana collar ini
digunakan. Anjing yang terinfeksi telah dimusnahkan di beberapa negara; Namun,
ada keraguan tentang kemanjuran program ini, dan di beberapa negara, program
tersebut juga tidak akan diterima. Banyak spesies Leishmania, terutama spesies
yang menyebabkan leishmaniasis kulit, memiliki hewan liar sebagai host utama
parasit ini. Satu-satunya cara praktis untuk menurunkan kejadian penyakit ini
adalah perlindungan pribadi dengan penolak serangga dan tindakan lainnya
SIMPULAN
Leishmaniasis merupakan salah satu zoonosis bersumber
protozoa yang dapat menyerang manusia dan hewan diberbagai wilayah di banyak
belahan dunia. Dampak yang ditimbulkan sangat luas pada masyarakat dan dapat
mempengaruhi kesehatan masyarakat dalam berbagai usia dengan gejala klinis yang
bermacam-macam. Pencegahan adalah upaya terbaik agar terhindar dari penyakit
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Banuls AL, Hide M, Prugnolle F. 2007. Leishmania and the Leishmaniases: A parasite genetic update and advances
in taxonomy, epidemiology and pathogenicity in humans. advances in parasitology 64:1-109.
Brito FLC, Alves
LC, Maia FLC, Santos
FSC, Laus FS, Meunier
IMJ. 2006. Ocular alterations in dogs naturally
infected byLeishmania (Leishmania) chagasi. Arq. Bras. Med. Vet. Zootec. 58(5): 11-16.
Camargo
Lb, Langoni H. 2006.
Impact
of leishmaniasis on public health. J. Venom. Anim. Toxins incl. Trop. Dis. 12(4):527-548.
Chappuis F, Sundar S, Hailu A, Ghalib H,
Rijal S, Peeling RW, Alvar J, Boelaert M. 2007. Visceral
leishmaniasis: what are the needs for diagnosis, treatment and control?. Nature Reviews 5:873-882.
Cleaveland S, Laurenson MK, Taylor LH. (2001). Diseases of humans and
their domestic mammals: pathogen characteristics, host range and the risk of
emergency. Philos. Trans. roy. Soc.
Lond., B, biol. Sci., 356 (1411), 991-999.
González C, Wang O, Strutz SE, González SC, Sánchez CV, Sarkar S. 2010.
Climate change and risk of leishmaniasis in North America: predictions from
ecological niche models of vector and reservoir species. Trop. Dis. 4: 5-85.
Kattipathanapong P, Akaraphanth
R, Krudsood S, Riganti M, Viriyavejakul P. 2012. The first reported case of
autochthonous cutaneous leishmaniasis in Thailand. Southeast Asian J Trop Med Public Health. 43 (1): 17-20.
Petersen
CA. 2009. New means of canine leishmaniasis
transmission in North America: the possibility of transmission to humans still
unknown. Interdiscip Perspect Infect Dis.
4:51-58.
Rose K, Curtis J, Baldwin T. 2004. Cutaneous leishmaniasis in red kangaroos: isolation and
characterisation of the causative organisms.
Int J Parasitol 34:655–664.
Suankratay C, Suwanpimolkul G, Wilde H, Siriyasatien P. 2010. Case
report: autochthonous visceral leishmaniasis in a human immunodeficiency virus
(hiv)-infected patient: the first in thailand and review of the literature. Am.
J. Trop. Med. Hyg., 82(1):4–8.
Wang JY, Ha Y, Gao CH, Wang Y, Yang YT, Chen HT. 2011.The prevalence of
canine Leishmania infantum infection in western China detected by PCR and
serological tests. Parasites &
Vectors (1):1-8.