Peternakan unggas merupakan salah satu jenis
peternakan yang sangat menjanjikan bila dikelola dengan baik, karena merupakan
salah satu sumber protein hewani yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Akan
tetapi dalam pemeliharaan ternak unggas tidaklah mudah,terlebih bila dihadapkan
dengan kenyataan bahwa unggas sangat mudah terserang penyakit. Dalam tata
laksana usaha peternakan unggas khususnya ayam dalam jumlah besar maka progam
biosekuritas merupakan suatu hal penting yang harus dijalankan. Program
biosekuritas sebenarnya relatif tidak mahal bahkan merupakan cara termurah dan
efektif dalam mencegah dan mengendalikan penyakit pada ternak unggas. Tidak
satupun program pencegahan penyakit dapat bekerja dengan baik tanpa disertai
program biosekuritas. Hal ini membuktikan bahwa pencegahan penyakit jauh lebih
baik dan efektif daripada pengobatan serta kerugian yang ditimbulkan apabila
terserang penyakit yang berakhir pada kematian ribuan ternak. Misalnya pada
kasus New Castle Diseases atau yang lebih dikenal dengan Tetelo ganas. Penyakit
ini ditularkan melalui bakteri atau mikrobiologi yang ada di lingkungan yang
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, dimana penularan dari mikroba
patogen ini sangatlah mudah dan penyebarannya sangat cepat. Dampak yang
ditimbulkan dari infeksi bakteri ini adalah menyebabkan hewan sakit yang dengan
cepat akan menyebabkan kematian pada ribuan ternak sehingga ayam yang tidak
terinfksipun harus dibuang untuk menghindari penyebaran yang lebih besar. Hal
ini otomatis akan menyebabkan kerugian ekonomi bagi peternak bahkan bisa menyebabkan
seseorang kehilangan pekerjaan jika farm terpaksa ditutup. Oleh sebab itu untuk
mengindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti ini perlu dilakukan pencegahan
yang dikenal dengan istilah Biosekurity.
Biosekuriti
meliputi beberapa aspek yang mutlak harus diterapkan, karena sekecil apapun
kesalahan yang kita lakukan akan berdampak fatal bagi peternakan. Biosekuriti
pada dasarnya menjaga agar proktivitas dari ternak tetap bisa dipertahankan.
Penerapan biosekuriti meliputi :
1. Pemeliharaan
kebersihan yang bertujuan untuk membunuh kuman penyakit. Kebersihan ini harus
diterapkan oleh semua pihak yang berhubungan dengan peternakan. Misalnya dengan
mengganti pakaian yang digunakan pada saat bekerja dan mencuci pakaian yang
digunakan setelah bekerja.
2. Disinfeksi,
yang bertujuan pemusnahan kuman penyakit. Pekerja atau siapapun yang akan masuk
kedalam peternakan diwajibkan menbersihkan sepatu yang digunakan dengan
disinfektan yang telah disediakan, dan diwajibkan untuk selalu membersihkan
tangan dengan antiseptik bahkan setelah memegang benda sekecil apapun, sehingga
kuman yang ada di tangan tidak menular ke hewan. Selain itu juga dilakukan
disinfeksi kandang dan peralatan sebelum
unggas yang baru akan masuk ke flok. Pencucian kandang ayam merupakan kegiatan
biosekuritas yang paling berat. Segera setelah flok ayam diafkir dan liter
diangkat keluar kandang, tindakan berikutnya adalah pembersihan dan desinfeksi
terhadap seluruh kandang dan lingkungannya. Gumpalan liter harus diangkat dan
sisa-sisa yang menempel harus disikat dan disemprot dengn air. Peralatan
seperti penggaruk, skop, truk pengangkut, wadah-wadah pengankut kotoran
(manure), dan lain-lain semuanya harus dibersihkan dan didesinfeksi setelah
dipakai. Kandang petelur dan peralatan harus dibersihkan secara menyeluruh dari
atas sampai bawah dan didesinfeksi setelah setiap flok dipindahkan dari kandang
semula dan sebelum flok baru dimulai. Pencucian kandang secara parsial hanya
dilakukan pada kandang petelur dan peralatannya setelah flok dipindahkan dari tempat
awalnya ke tempat yang baru.
3. Isolasi
menjauhkan benda-benda yang berpotensi membawa kuman penyakit dari luar masuk
ke peternakan misalnya dengan menjauhkan arena parkir dengan peternakan, dan
juga tidak diperkenankan sitem pinjam meminjam barang dengan peternakan dari
sektor lain karena hal ini bisa menyebabkan
penyebaran penyakit semakin mudah. Tangan orang bisa juga menyebabkan
infeksi dan harus didesinfeksi sebelum masuk bangunan kandang atau
meninggalkannya. Pada peternakan di video yang ditonton, menerapkan prosedur
dengan sangat ketat misalnya tamu yang akan masuk di cek karena tidak boleh
mengunjungi farm lain sebelumnya, dan para pekerja di farm ini pun diseleksi
yaitu tidak memelihara unggas di lingkungannya karena dapat menjadi agen dari
sumber penyakit.
4. Kontrol lalu lintas.
Lalu lintas, dalam hal ini orang-orang yang tidak berkepentingan dilarang
masuk, jika ada pengunjung yang akan berkunjung ke peternakan dipastikan orang
tersebut tidak mengunjungi tempat-tempat dimana disana terdapat unggas.
Misalnya di pasar unggas, pameran unggas, atau bahkan peternakan lain.
Biosekuritas ini secara umum memberlakukan kontrol lalu lintas orang, seperti
mengunci pintu dan membatasi pengunjung, atau mengizinkan masuk orang tertentu
dan personil yang dibutuhkan (profesional) setelah memakai sepatu khusus, baju
penutup dan mereka didesinfeksi. Kontrol lalu lintas tidak hanya berlaku untuk
orang, tetapi juga untuk hewan seperti burung-burung liar , tikus dan lainnya.
Konstruksi bangunan yang terbuka sebaiknya diberi kawat/pelindung untuk
mencegah masuknya predator atau hewan-hewan penyebar penyakit, meskipun tidak
efektif paling tidak dapat mengurangi resiko. Konstruksi kandang dan ruang
penyimpan pakan dibuat agar tidak memungkinkan binatang-binatang seperti tikus,
burung, kumbang dan lainnya secara leluasa dapat memasukinya (rodent proof).
Lalu lintas kendaraan yang memasuki areal peternakan juga harus dimonitor
secara ketat. Kendaraan yang memasuki areal peternakan didesinfeksi terlebih dahulu.
Kendaraan yang bisa masuk ke areal peternakan adalah kendaraan pengangkut
makanan, doc, ataupun peralatan kandang lainnya.. Sementara itu penumpangnya
harus berjalan kaki lewat pintu khusus untuk lalu lintas orang. Di tempat ini
ia harus didesinfeksi.
5. Pengendalian hama,
misalnya tikus, kecoa, burung liar, dan lain-lain. Dalam pengendalian ini perlu
diperhatikan dinding-dinding apakah ada yang mengalami kerusakan yang
memudahkan tikus ataupun kecoa bisa masuk, dan juga perlu dipastikan bahwa
daerah atau lingkungan sektiar peternakan terbebas dari penumpunkan sampah atau
lingkungan yang kotor, sebab hal tersebut menyebabkan hama seperti tikus
bersarang. Pakan-pakan yang berjatuhan juga akan menyebabkan burung-burung liar
datang dan memasuki lingkungan peternakan, dimana burung-burung liar ini akan
sangat memungkinkan membawa penyakit yang akan ditularkan pada hewan
dipeternakan.
6. Pemusnahan unggas dan
pembuangan limbah. Pemusnahan unggas yang mati untuk
menghindarkan pencemaran ternak, pemusnahan yang dilakukan yaitu dengan cara
dibakar. Dalam tatalaksana usaha peternakan ayam sisa-sisa produksi atau limbah
sudah jelas akan dijumpai. Limbah ini harus dijauhkan dan dimusnahkan sejauh
mungkin sari areal produksi. Bila mungkin harus ada petugas khusus yang
mengambil sisa produksi ini secara teratur untuk dibuang atau dimusnahkan di
luar areal produksi. Apabila tidak mungkin dibuang atau dimusnahkan di luar,
maka harus dipilih di lokasi di dalam wilayah peternakan yang memungkinkan
sisa-sisa produksi ini tidak mengganggu kegiatan produksi lainnya serta
mencegah pencemaran lingkungan.
Pada pelaksanaan biosekuriti sehari-hari
diperlukan kerja sama dari berbagai pihak, baik pekerja, pengunjung, maupun
tenaga medis. Pekerja diperbolehkan memelihara unggas di rumah karena hal
tersebut bisa menyebabkan penularan penyakit lebih mungkin terjadi. Se;ain itu
hal yang harus diperhatikan yaitu pada saat pemeriksaan unggas dari satu flok
ke flok yang lain sebaiknya dahulukan kunjungan ke flok yang sehat kemudian
yang diudaga sakit, jika ditemukan kelainan-kelainan misalnya pada telur yang
diproduksi abnormal segera dilaporkan dan dipisahkan dari unggas yang lain. Dengan
penerapan Biosekuriti yang maksimal
akan sangat menentukan keberhasilan dan kelanjutan dari suatu peternakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar