Minggu, 23 Juni 2013

Biosekuriti Peternakan


Biosekuriti pada Farm Unggas

Peternakan unggas merupakan salah satu jenis peternakan yang sangat menjanjikan bila dikelola dengan baik, karena merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Akan tetapi dalam pemeliharaan ternak unggas tidaklah mudah,terlebih bila dihadapkan dengan kenyataan bahwa unggas sangat mudah terserang penyakit. Dalam tata laksana usaha peternakan unggas khususnya ayam dalam jumlah besar maka progam biosekuritas merupakan suatu hal penting yang harus dijalankan. Program biosekuritas sebenarnya relatif tidak mahal bahkan merupakan cara termurah dan efektif dalam mencegah dan mengendalikan penyakit pada ternak unggas. Tidak satupun program pencegahan penyakit dapat bekerja dengan baik tanpa disertai program biosekuritas. Hal ini membuktikan bahwa pencegahan penyakit jauh lebih baik dan efektif daripada pengobatan serta kerugian yang ditimbulkan apabila terserang penyakit yang berakhir pada kematian ribuan ternak. Misalnya pada kasus New Castle Diseases atau yang lebih dikenal dengan Tetelo ganas. Penyakit ini ditularkan melalui bakteri atau mikrobiologi yang ada di lingkungan yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, dimana penularan dari mikroba patogen ini sangatlah mudah dan penyebarannya sangat cepat. Dampak yang ditimbulkan dari infeksi bakteri ini adalah menyebabkan hewan sakit yang dengan cepat akan menyebabkan kematian pada ribuan ternak sehingga ayam yang tidak terinfksipun harus dibuang untuk menghindari penyebaran yang lebih besar. Hal ini otomatis akan menyebabkan kerugian ekonomi bagi peternak bahkan bisa menyebabkan seseorang kehilangan pekerjaan jika farm terpaksa ditutup. Oleh sebab itu untuk mengindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti ini perlu dilakukan pencegahan yang dikenal dengan istilah Biosekurity.
            Biosekuriti meliputi beberapa aspek yang mutlak harus diterapkan, karena sekecil apapun kesalahan yang kita lakukan akan berdampak fatal bagi peternakan. Biosekuriti pada dasarnya menjaga agar proktivitas dari ternak tetap bisa dipertahankan.
Penerapan biosekuriti meliputi :
1.      Pemeliharaan kebersihan yang bertujuan untuk membunuh kuman penyakit. Kebersihan ini harus diterapkan oleh semua pihak yang berhubungan dengan peternakan. Misalnya dengan mengganti pakaian yang digunakan pada saat bekerja dan mencuci pakaian yang digunakan setelah bekerja.
2.      Disinfeksi, yang bertujuan pemusnahan kuman penyakit. Pekerja atau siapapun yang akan masuk kedalam peternakan diwajibkan menbersihkan sepatu yang digunakan dengan disinfektan yang telah disediakan, dan diwajibkan untuk selalu membersihkan tangan dengan antiseptik bahkan setelah memegang benda sekecil apapun, sehingga kuman yang ada di tangan tidak menular ke hewan. Selain itu juga dilakukan disinfeksi kandang dan  peralatan sebelum unggas yang baru akan masuk ke flok. Pencucian kandang ayam merupakan kegiatan biosekuritas yang paling berat. Segera setelah flok ayam diafkir dan liter diangkat keluar kandang, tindakan berikutnya adalah pembersihan dan desinfeksi terhadap seluruh kandang dan lingkungannya. Gumpalan liter harus diangkat dan sisa-sisa yang menempel harus disikat dan disemprot dengn air. Peralatan seperti penggaruk, skop, truk pengangkut, wadah-wadah pengankut kotoran (manure), dan lain-lain semuanya harus dibersihkan dan didesinfeksi setelah dipakai. Kandang petelur dan peralatan harus dibersihkan secara menyeluruh dari atas sampai bawah dan didesinfeksi setelah setiap flok dipindahkan dari kandang semula dan sebelum flok baru dimulai. Pencucian kandang secara parsial hanya dilakukan pada kandang petelur dan peralatannya setelah flok dipindahkan dari tempat awalnya ke tempat yang baru.
3.      Isolasi menjauhkan benda-benda yang berpotensi membawa kuman penyakit dari luar masuk ke peternakan misalnya dengan menjauhkan arena parkir dengan peternakan, dan juga tidak diperkenankan sitem pinjam meminjam barang dengan peternakan dari sektor lain karena hal ini bisa menyebabkan  penyebaran penyakit semakin mudah. Tangan orang bisa juga menyebabkan infeksi dan harus didesinfeksi sebelum masuk bangunan kandang atau meninggalkannya. Pada peternakan di video yang ditonton, menerapkan prosedur dengan sangat ketat misalnya tamu yang akan masuk di cek karena tidak boleh mengunjungi farm lain sebelumnya, dan para pekerja di farm ini pun diseleksi yaitu tidak memelihara unggas di lingkungannya karena dapat menjadi agen dari sumber penyakit.
4.      Kontrol lalu lintas. Lalu lintas, dalam hal ini orang-orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk, jika ada pengunjung yang akan berkunjung ke peternakan dipastikan orang tersebut tidak mengunjungi tempat-tempat dimana disana terdapat unggas. Misalnya di pasar unggas, pameran unggas, atau bahkan peternakan lain. Biosekuritas ini secara umum memberlakukan kontrol lalu lintas orang, seperti mengunci pintu dan membatasi pengunjung, atau mengizinkan masuk orang tertentu dan personil yang dibutuhkan (profesional) setelah memakai sepatu khusus, baju penutup dan mereka didesinfeksi. Kontrol lalu lintas tidak hanya berlaku untuk orang, tetapi juga untuk hewan seperti burung-burung liar , tikus dan lainnya. Konstruksi bangunan yang terbuka sebaiknya diberi kawat/pelindung untuk mencegah masuknya predator atau hewan-hewan penyebar penyakit, meskipun tidak efektif paling tidak dapat mengurangi resiko. Konstruksi kandang dan ruang penyimpan pakan dibuat agar tidak memungkinkan binatang-binatang seperti tikus, burung, kumbang dan lainnya secara leluasa dapat memasukinya (rodent proof). Lalu lintas kendaraan yang memasuki areal peternakan juga harus dimonitor secara ketat. Kendaraan yang memasuki areal peternakan didesinfeksi terlebih dahulu. Kendaraan yang bisa masuk ke areal peternakan adalah kendaraan pengangkut makanan, doc, ataupun peralatan kandang lainnya.. Sementara itu penumpangnya harus berjalan kaki lewat pintu khusus untuk lalu lintas orang. Di tempat ini ia harus didesinfeksi.
5.      Pengendalian hama, misalnya tikus, kecoa, burung liar, dan lain-lain. Dalam pengendalian ini perlu diperhatikan dinding-dinding apakah ada yang mengalami kerusakan yang memudahkan tikus ataupun kecoa bisa masuk, dan juga perlu dipastikan bahwa daerah atau lingkungan sektiar peternakan terbebas dari penumpunkan sampah atau lingkungan yang kotor, sebab hal tersebut menyebabkan hama seperti tikus bersarang. Pakan-pakan yang berjatuhan juga akan menyebabkan burung-burung liar datang dan memasuki lingkungan peternakan, dimana burung-burung liar ini akan sangat memungkinkan membawa penyakit yang akan ditularkan pada hewan dipeternakan.
6.      Pemusnahan unggas dan pembuangan limbah. Pemusnahan unggas yang mati untuk menghindarkan pencemaran ternak, pemusnahan yang dilakukan yaitu dengan cara dibakar. Dalam tatalaksana usaha peternakan ayam sisa-sisa produksi atau limbah sudah jelas akan dijumpai. Limbah ini harus dijauhkan dan dimusnahkan sejauh mungkin sari areal produksi. Bila mungkin harus ada petugas khusus yang mengambil sisa produksi ini secara teratur untuk dibuang atau dimusnahkan di luar areal produksi. Apabila tidak mungkin dibuang atau dimusnahkan di luar, maka harus dipilih di lokasi di dalam wilayah peternakan yang memungkinkan sisa-sisa produksi ini tidak mengganggu kegiatan produksi lainnya serta mencegah pencemaran lingkungan.

Pada pelaksanaan biosekuriti sehari-hari diperlukan kerja sama dari berbagai pihak, baik pekerja, pengunjung, maupun tenaga medis. Pekerja diperbolehkan memelihara unggas di rumah karena hal tersebut bisa menyebabkan penularan penyakit lebih mungkin terjadi. Se;ain itu hal yang harus diperhatikan yaitu pada saat pemeriksaan unggas dari satu flok ke flok yang lain sebaiknya dahulukan kunjungan ke flok yang sehat kemudian yang diudaga sakit, jika ditemukan kelainan-kelainan misalnya pada telur yang diproduksi abnormal segera dilaporkan dan dipisahkan dari unggas yang lain. Dengan penerapan Biosekuriti yang maksimal akan sangat menentukan keberhasilan dan kelanjutan dari suatu peternakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar