Senin, 17 Juni 2013

PENGELOLAAN KESEHATAN HEWAN DAN LINGKUNGAN



 “ Profil Mikroklimat Terhadap Perbedaan Struktur Kandang pada Jenis Ternak Domba dan Kambing ”

Disusun Oleh :
Kelompok 3 Pagi
Nurfitrah Andriani                  B04070001
Andrew Baptista Manik         B04070034
Nurulaini Fitria Kaliwon         B04078003
Desi Jayanti Sinaga                 B04080024
Adhi Mediesyah Ahmad        B04080030
Isna Lailatur                            B04080041
Monika D. Andriani                B04080059
Joni Putra                                B04080078
Irene Alfares                           B04080081




FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam suatu usaha peternakan ada tiga faktor utama yang sangat penting yang dikenal dengan “Segitiga Emas” (Breeding, Feeding dan Management). Ketiga faktor ini satu sama lain harus selalu berhubungan dan saling menunjang, disamping faktor lainnya yang saling mendukung dari ketiga faktor tersebut yaitu kesehatan dan pencegahan penyakit serta pemasaran yang tidak boleh diabaikan dengan begitu saja.  Salah satu manajemen yang perlu diperhatikan yaitu manajemen perkandangan. Kandang yang baik dapat membantu dan mempermudah para tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga lebih efektif dan efisien, membantu dalam meningkatkan laju pertumbuhan serta kesehatan ternak. 
Ternak kambing sudah lama diusahakan masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu, kotoran maupun kulitnya) relatif mudah. Usaha ternak DOKA (Domba-Kambing) akan berhasil jika tersedia bangunan kandang yang baik. Kandang yang baik akan sangat berpengaruh besar terhadap peningkatan konversi makanan, laju pertumbuhan, dan kesehatan. Sebelum membangun kandang untuk ternak, sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut ini yakni fungsi kandang, letak kandang, konstruksi kandang, peralatan, dan ukuran kandang (Agromed 2009).
Lingkungan merupakan kompleks dari faktor yang saling berinteraksi satu sama lainnya, yakni antara biotik maupun abiotik. Menurut para pakar ekologi terdapat pembagian beberapa komponen lingkungan yakni : faktor iklim (cahaya, suhu, ketersediaan air dan angin), faktor tanah (nutrisi tanah dan kadar air tanah), faktor topografi (sudut kemiringan dan tinggi dari permukaan laut), faktor biotik (interaksi dari organisme hidup : kompetisi atau perkawinan).
Dalam membangun suatu peternakan perlu dilakukan pengukuran dan pencatatan tentang iklim/cuaca antara lain: curah hujan, evaporasi, intensitas penyinaran matahari, kelembaban dan suhu udara, dan angin (arah dan kecepatan angin).


Tujuan
Tujuan dari praktek lapang ini adalah untuk mengamati makroklimat dalam pengaruhnya terhadap ternak ruminansia domba dan kambing dengan memperhatikan struktur kandang kedua jenis ternak tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA
Pada habitat aslinya ruminansia kambing dan domba hidup di alam secara bebas. Aktivitas makan, minum, dan beristirahat dilakukan tanpa kontrol. Karena itu, penempatan ternak domba dan kambing (DOKA) di dalam kandang perlu perhatian sehubungan dengan kesejahteraan hewan. Kandang berfungsi sebagai tempat hidup ternak, pelindung ternak dari iklim, dan keamanan.
Pembuatan kandang disesuaikan dengan iklim di Indonesia. Bahan yang umum digunakan yaitu bambu dan kayu dengan beratapkan genteng, karena bahan-bahan tersebut mudah didapat disekitar lokasi, harganya murah dan memiliki daya tahan yang cukup lama. 
Bangunan kandang sebaiknya didirikan ditempat yang terbuka, diatas tanah yang rata dengan sirkulasi udara yang baik, tanah sekitarnya mudah meresap air atau pada saat musim hujan tanah cepat kering dan air akan dengan mudah mengalir dengan cepat atau tidak tersumbat, tidak dekat dengan pepohonan besar dan jarak antar kandang minimal 7 meter dengan tujuan agar kandang (ruangan kandang) dengan mudah mendapatkan cahaya matahari pagi secara merata dan bisa mendapatkan udara segar (Rasyid 2007).
Kandang sebaiknya harus dekat dengan peternak atau rumah jaga karena ternak setiap saat perlu diawasi baik dari segi kesehatan, tatalaksana dan keamanan.  Seperti domba  yang dapat melahirkan pada setiap waktu (pagi, siang dan malam), sehingga pada malam haripun peternak harus membantu kelahiran domba apabila domba sulit dalam melahirkan, karena tidak selamanya domba tersebut dapat melahirkan dengan normal. Hal ini menyebabkan kandang harus dibangun tidak terlalu jauh dari rumah peternak. 
Kandang dibuat atau dibangun menghadap ke barat-timur atau membujur utara-selatan. Tujuannya adalah agar sinar matahari pagi bisa masuk ke dalam ruangan kandang (lantai kandang). Sinar matahari ini sangat penting fungsinya sebagai desinfektan dan pembasmi bibit penyakit dan kuman, dapat mempercepat proses pengeringan kandang terutama pada lantai kandang yang basah atau lembab akibat urine maupun sisa air untuk memandikan domba dengan demikian diharapkan ruangan kandang menjadi sehat serta dapat membantu proses pembentukan vitamin D. 
Kondisi udara yang berpengaruh langsung terhadap hewan disebut mikroklimat. Kondisi mikroklimat (kelembaban, temperatur, tekanan udara, dan lain-lain) disuatu kawasan/ekosistem kandang akan mempengaruhi sistem fisiologis pada tubuh ternak terutama sistem kardiovaskuler, respirasi, dan cairan tubuh (Lockwood 1974). McDowell dkk, (1972) mengatakan bahwa pada sapi, kerbau, kambing dan domba peningkatan frekuensi respirasi merupakan salah satu mekanisme pengaturan suhu tubuh. Kecepatan respirasi meningkat sebanding dengan meningkatnya suhu lingkungan. Menurut French (1980) dan Copland (1983) meningkatnya frekuensi respirasi menunjukkan adanya mekanisme tubuh untuk mempertahankan keseimbangan fisiologik dalam tubuh hewan. Pada kambing frekuensi respirasi berkisar 25-35 per menit. Frekuensi  respirasi domba berkisar 10-20 per menit (Agung 2008).
Pengukuran suhu rektum atau melalui anus digunakan untuk mendapatkan suhu tubuh yang lebih akurat karena tidak terpengaruh suhu lingkungan sekitar. Pada kambing atau domba umumnya dilakukan pemeriksaan denyut nadi pada arteri femoralis. Pulsus nadi kambing atau domba dalam kondisi normal adalah 70-80 untuk dewasa, 80-120 untuk hewan muda. Suhu tubuh normal berkisar antara 38,5-40,50 C  (Tim Fisiologi 2010).
METODE PRAKTIKUM
Alat dan Bahan
            Peralatan yang dibutuhkan adalah ember sebagai tempat minum hewan, termometer untuk mengukur suhu lingkungan, higrometer untuk mengukur kelembaban lingkungan, dan alat tulis. Bahan yang diperlukan dalam praktikum ternak perah adalah kambing atau domba, pakan berupa rumput segar dan kandang.


Metode praktikum
            Pengamatan dilakukan di dua tempat yaitu di Karyomendo dan daerah Cipetir. Beberapa ekor ternak ruminansia sperti domba dan kambing ditempatkan pada tiga lokasi yang berbeda yaitu kanopi, terrestrial, dan bangunan kandang. Pengamatan terhadap lingkungan mikro (mikroklimat) dari ketiga lokasi tersebut dilakukan dengan memasang termometer udara dan hygrometer dengan ketinggian diperkirakan 1 meter dari permukaan bumi. Kemudian hasil yang didapat setiap satu jam sekali dari pengamatan temperatur udara dan kelembapan dari ketiga lokasi tersebut dicatat. Pengamatan temperatur dan kelembapan pada daerah kanopi, terestrial dan kandang  dilakukan setiap satu jam sekali yang di mulai dari matahari terbit sampai terbenam matahari. Sedangkan pemeriksaan physical examination (PE) yaitu pemeriksaan terhadap frekuensi jantung, respirasi,  suhu tubuh, umur, konsumsi air minum, mukosa dan lain-lain dilakukan pada setiap ternak yaitu pada pagi hari, siang dan sore hari.  Kemudian hasil atau data yang didapat dari hasil pemeriksaan PE dicatat.
a. Fisiologi Ternak
Suhu Rektal. Mengukur suhu rektal dengan memasukkan termometer ke dalam rektal ternak selama satu menit, kemudian melihat skala yang ada pada termometer lalu mencatatnya.
Frekuensi Nafas. Melakukan pengukuran frekuensi nafas dengan meletakkan tangan didepan hidung ternak dan menghitung banyaknya nafas dalam satu menit.
Denyut Nadi. Mengukur denyut nadi dengan memegang dan menekan pangkal ekor ternak sampai terasa denyut nadinya, kemudian menghitung banyaknya denyut nadi tersebut selama satu menit.
b.Fisiologi Lingkungan
Suhu Lingkungan. Melakukan pengamatan suhu lingkungan baik mikro dalam kandang dan mikro luar kandang dengan cara membaca skala yang terlihat pada termometer. Melakukan pengukuran suhu mikro dalam kandang dengan menempatkan termometer di dalam kandang. Sedangkan melakukan pengukuran suhu mikro luar kandang dengan menempatkan termometer di luar kandang.
Kelembaban. Melakukan pengamatan kelembaban dengan cara dengan membaca skala yang ada pada higrometer.

HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. . Pengamatan Mikroklimat Kandang Di Karyomendo dan kandang Cipetir 17 September 2011
Waktu
Lokasi
Kandang Karyamendo
Kandang Cipetir
T°C
%rel
T°C
%rel
06.00 WIB
26
70
23.39
87
07.00 WIB
25
70
23.7
91
08.00 WIB
25
67
24.3
93
09.00 WIB
26
63
24.6
94
10.00 WIB
29
52
26.3
87
11.00 WIB
29
52
28.5
81
12.00 WIB
30
47
29.4
79
13.00 WIB
31
45
30.0
74
14.00 WIB
31
45
30.4
68
15.00 WIB
31
50
30.0
69
16.00 WIB
31
54
29.2
74
17.00 WIB
28
64
27.4
74
18.00 WIB
28
68
26.1
83
19.00 WIB
26
70
25.7
94

Tabel 2 Fisiologis Ternak Di Kandang Karyomendo Farm dan Kandang Cipetir 17 
              September 2011

Waktu
Lokasi
Karyamendo farm
Kandang cipetir
F jantung (x/menit)
F nafas (x/menit)
T°C
F jantung (x/menit)
F nafas (x/menit)
T°C
Hewan 1
07.00 WIB
52
52
39
72
12
37.6
13.00 WIB
64
20
39
68
16
37.9
18.00 WIB
128
52
39.8
60
16
38.0
Hewan 2
07.00 WIB
40
36
39
60
16
37.6
13.00 WIB
60
24
38.3
72
24
38.1
18.00 WIB
68
44
39.8
64
20
37.9


Tabel 3. Perbedaan Struktur Kandang Cipetir dan Karyomendo Farm
Struktur kandang
             Kandang
Karyomendo Farm                                   
Cipetir
Tinggi kandang
                      ±4 m
±4 m
Bahan bangunan kandang
Kayu
Kayu
Jenis atap
Genteng
Asbes
Vegetasi sekitar
Pohon jati, pohon pisang,
sayur-sayuran
Pohon jati, pohon pisang, pohon durian,dan pohon jeruk
Ventilasi
Tidak terdapat jendela
(ventilasi luas)
Sangat baik, udara      bebas keluar masuk kandang



Grafik I. Temperatur dan Kelembaban Di Kandang Karyomendo Farm 17 Sept 2011

Grafik II. Temperatur dan Kelembaban Di Kandang Cipetir 17 September 2011

PEMBAHASAN
Berdasarkan data pada tabel 1 terlihat adanya hubungan antara temperatur udara dan kelembaban kandang yang berbanding terbalik. Meskipun tidak menunjukkan perubahan yang signifikan, namun secara garis besar, dapat terlihat dari tabel bahwa semakin tinggi temperatur kandang maka semakin rendah nilai kelembabannya. Hal ini dapat terlihat di peternakan karyomendo pada pukul 13.00 temperatur 31ºC (paling tinggi) sedangkan kelembaban 45% (paling rendah), dan di peternakan Cipetir hal yang sama juga terjadi pada pukul 14.00 temperatur 30.4ºC (paling tinggi) dan kelembaban 68% (paling rendah). Hal ini berdasarkan literatur yang ada yang menyatakan bahwa kelembaban kandang yang tinggi disebabkan karena menurunnya temperatur udara (Rosenberg 1974).
Kelembaban dan temperatur di sekitar kandang juga sangat mempengaruhi keadaan fisiologis dari hewan-hewan tersebut, dimana dalam hal ini suhu lingkungan akan berbanding lurus dengan suhu hewan atau ternak, semakin tinggi suhu lingkungan maka suhu tubuh dari ternakpun akan semakin tinggi, begitupun sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya reaksi dari hewan untuk mempertahankan suhu tubuh normal sehingga semakin tinggi suhu kandang maka panas tubuh yang harus dikeluarkan dari tubuh juga semakin tinggi. Untuk contoh dapat dilihat Grafik III untuk kandang Karyamendo, pada pukul 07.00 WIB, suhu kandang adalah 25°C (rendah) dan suhu tubuh domba adalah 39°C (rendah). Namun pada pukul 13.00 WIB, suhu kandang adalah 31°C (tinggi) dengan suhu tubuh domba adalah 39°C (tinggi). Sedangkan pada pukul 18.00 WIB, suhu kandang tercatat 28°C (rendah) dan suhu tubuh domba dalah 39.8°C (menurun). Hal tersebut menunjukkan bahwa suhu lingkungan yang tinggi tidak terlalu mempengaruhi suhu tubuh domba ini mungkin disebabkan karena panas tubuh masih tersimpan walaupun suhu kandang sudah menurun. Pada saat suhu udara lebih tinggi dari suhu nyaman, jalur utama kehilangan panas hewan terjadi melalui proses evaporative heat lose, dengan jalan melakukan pertukaran panas melalui permukaan kulit (sweating) atau melalui pertukaran panas di sepanjang saluran pernapasan dan sebagian melalui feses dan urin. Suhu normal dipertahankan dengan imbangan yang tepat antara panas yang dihasilkan dan panas yang hilang. Hal ini dikendalikan oleh pusat pengeluaran panas yaitu pada hipotalamus yang sangat peka terhadap suhu dari dalam yang melaluinya dan bekerja sebagai termustert. Panas dihasilkan oleh aktifitas metabolik didalam otot, tulang, dan hati. Kehilangan panas terutama disebabkan oleh aktifitas fungsi hati sejumlah tertentu panas hilang karena penguapan air dalam paru-paru dan organ ekskresi (Pearce 1993). Bentuk penyesuaian fisiologinya adalah bahwa panas yang dihasilkan oleh tubuh akan meningkat dengan menurunnya temperatur luar. Sebaliknya, temperatur sekitar (ambient temperature) yang tinggi akan menurunkan jumlah panas yang dihasilkan oleh tubuh.
Jenis kandang dan keadaan umum dari kedua peternakan tersebut memiliki perbedaan yang tidak terlalu signifikan, hanya ada sedikit perbedaan. Karyomendo Farm memiliki kandang yang terbuat dari kayu, dengan struktur yang panggung. Luas kandang yaitu panjang ±10 m dan lebar ± 4 m, atap kandang terbuat dari genteng. Di sekitar kandang terdapat berbagai macam tanaman, misalnya pohon jati, pohon pisang, tanaman singkong, tanaman jahe, dan tanaman yang sering digunakan untuk keperluan dapur lainnya. Ventilasi kandang sangat luas karena tidak dibatasi apapun. Sedangkan Peternakan domba di Cipetir memiliki kandang dengan ukuran panjang sebesar 12 meter,  lebar sebesar 6 meter, dan tinggi sekitar 4 meter. Kandang tersebut memiliki bahan baku utama terbuat dari kayu dan beratapkan asbes. Dalam kandang tersebut terdapat sekitar 20 kandang kecil yang disekat dengan menggunakan kayu. Setiap kandang kecil memiliki ukuran panjang sekitar 2 meter dan lebar sekitar 1 meter. Ventilasi pun sangat baik, udara bebas keluar masuk kandang. Vegetasi di sekitar kandang sangat bervariasi, seperti pohon jati, pepaya, pisang, jeruk dan durian.

Selain itu, terlihat pula perbedaan fisiologis ternak di kandang Cipetir dan kandang Karyomendo Farm yaitu suhu tubuh hewan di kandang Cipetir lebih rendah dibandingkan suhu tubuh hewan di kandang Karyomendo Farm. Hal ini disebabkan oleh perbedaan hewan coba yang digunakan pada masing-masing kandang sehingga berbeda pula sistem fisiologisnya dan kondisi fisik hewan.
                                                SIMPULAN
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa temperatur di Karyomendo Farm terlihat lebih tinggi dibandingkan temperatur kandang Cipetir. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kondisi geografis maupun topografi antara kedua kandang tersebut. Temperatur kandang berbanding terbalik dengan kelembabannya..
DAFTAR PUSTAKA
Agromed. 2009. Petunjuk Praktis Menggemukkan Domba, Kambing, dan Sapi Potong. Jakarta Selatan: PT Agromedia Pustaka
Agung R. 2008. Panduan Pemeriksaan Fisik Umum Bagi Petugas Kesehatan Bag.III.
http://agungrakhmawan.wordpress.com
Lockwood John G. 1974. World Climatology. London: university of leeds
Rasyid, Ainur; Hartati. 2007. Petunjuk Teknis Perkandangan Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan: Pasuruan.
Rosenberg Norman J. 1974. Microclimate: The Biological Enveroment. Canada: University of Nebraska
Tim Fisiologi Veteriner. 2010. Buku Penuntun Praktikum Fiosiologi Veteriner. Program
Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar